Konsumen Kaget dan Takut Konsumsi Setelah Kasus Beras Oplosan Mencuat


Sejumlah konsumen beras premium mengungkapkan kasus beras oplosan yang sedang diusut pemerintah membuat mereka kaget dan takut untuk mengonsumsi. Istilah beras oplosan merujuk pada jenis beras yang memiliki merek premium dicampur dengan beras medium sehingga membuat beras tersebut tidak sesuai mutu.
“Jujur saya kaget ada kasus ini, setelah mencari tahu ternyata beras yang biasanya saya konsumsi yakni Raja Ultima atau Sania masuk di dalamnya,” kata Meuthia Nafasya kepada Katadata Jumat (1/8).
Karyawan swasta berusia 25 tahun itu mengatakan telah mengonsumsi beras premium sejak 2018 ketika memulai pendidikan sarjananya. Beras tersebut didapatkannya di minimarket terdekat, seperti Alfamart, Indomaret, dan Alfamidi. Alasannya mengonsumsi beras premium karena menurutnya mudah didapatkan.
“Terus kualitasnya enak, pulen, bersih, dan wangi. Berbeda dengan beras eceran,” ujarnya.
Dia menyebut setelah kasus oplosan menyeruak, dia akan mengganti beras tersebut ke jenis lain. Namun sementara ini akan tetap mengonsumsi beras premium untuk menghabiskan stok yang dimilikinya.
Merasa Takut
Rasa takut munculnya beras premium dirasakan oleh Puja Pratama (23). Dia mulai mengonsumsi beras premium merek Sania dan Raja Platinum sejak 2019 saat kuliah.
“Wah saya juga takut karena kasus ini. Misalnya oplosan walaupun harga tak beda jauh tetap saja merugikan karena tidak sesuai dengan apa yang kita bayar,” ujarnya.
Alasannya memilih beras premium juga sama, karena mudah didapatkan dan kemasan 5 kilogram menurutnya pas untuk masuk daftar belanja bulanan.
Dia mengaku, hingga saat ini masih mengonsumsi beras premium dan belum ingin berpindah ke lain hati. “Meskipun ada beberapa merek yang disinyalir mengoplos, saya kira masih ada merek-merk lainnya yang bisa dibeli di minimarket,” kata Puja.
Mempertimbangkan Pindah Merek
Respon lain datang dari Gabriela, konsultan bisnis berusia 24 tahun mengatakan akhir-akhir ini ada yang berbeda dengan beras premium. Dia sudah mengonsumsi beras premium merek Sania sejak 3 sampai 4 tahun lalu.
“Seperti tidak sebagus itu (untuk premium), bahkan ketika dimasak dengan banyak air itu tetap terasa kering atau keras, seperti beras merek biasa. Menurut saya masuk akal beras-beras ini dioplos, dan saya agak kecewa karena sudah mengeluarkan uang lebih untuk membeli premium tapi tidak sesuai ekspektasi,” ucapnya.
Dia menyebut setelah mencuatnya kasus ini, masih dalam proses pertimbangan apakah tetap lanjut konsumsi atau beralih ke jenis beras lainnya. “Tapi kalau ada beras medium yang kualitasnya lebih bagus mungkin akan mempertimbangkan itu,” katanya.