Impor Gandum dari AS Anjlok Sejak 2021, akan Naik Lagi Imbas Kesepakatan Trump


Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menyebutkan bahwa peningkatan volume impor gandum dari Amerika Serikat tidak akan memengaruhi daya saing industri olahan tepung terigu nasional. Meski sempat anjlok sejak 2021, volume impor dari Negeri Paman Sam diperkirakan bakal kembali meningkat seiring kesepakatan dagang terbaru antara kedua negara.
Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies, mengatakan bahwa industri tepung terigu Indonesia telah memasok gandum dari Amerika Serikat selama lebih dari lima dekade. Namun, pasokan dari AS sempat menyusut drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020, volume impor mencapai 1,27 juta ton, namun turun 64,92% menjadi sekitar 447 ribu ton pada 2021.
"Beberapa tahun terakhir volume impor gandum dari Amerika Serikat berkurang karena mereka juga gagal panen. Jadi, peningkatan volume impor ini tidak berdampak apa-apa. Pabrik tetap berjalan seperti biasa," kata Ratna kepada Katadata.co.id, Kamis (24/7).
Peningkatan kembali volume impor gandum dari AS terjadi di tengah ketetapan pemerintah membebaskan tarif impor sejumlah komoditas dari negara tersebut. Kebijakan ini merupakan bagian dari kelanjutan kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump terkait tarif resiprokal.
Ratna menjelaskan bahwa Aptindo telah menandatangani perjanjian dagang dengan Asosiasi Gandum Amerika Serikat senilai US$ 250 juta per tahun selama lima tahun. Total nilai kesepakatan itu mencapai US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 20,37 triliun hingga 2030.
Namun, Ratna belum dapat memastikan asal negara lain mana yang akan dikurangi volume impornya sebagai dampak dari peningkatan pasokan gandum dari AS. "Sepertinya volume impor gandum dari Amerika Serikat masih akan di bawah 10% dari total impor akibat perjanjian ini," ujarnya.
Data Aptindo mencatat total volume impor gandum sepanjang Januari-April 2025 mencapai 3,71 juta ton. Mayoritas berasal dari Australia sebesar 1,55 juta ton, diikuti Kanada 838 ribu ton, dan Argentina 741 ribu ton. Pada 2024, total impor gandum Indonesia mencapai 12,14 juta ton, dengan lima negara pemasok utama yakni Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, dan Rusia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan para peternak, petani, dan nelayan AS akan memiliki akses penuh dan total ke pasar Indonesia yang berpenduduk lebih dari 280 juta orang. Pasalnya, barang-barang AS yang diekspor ke Indonesia akan bebas hambatan tarif dan non tarif. Trump mengaku mendapatkan kesepakatan tersebut setelah berbicara dengan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, Selasa (15/7) waktu setempat.
" Kesepakatan penting ini membuka seluruh pasar Indonesia bagi Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam sejarah," ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk membeli produk produk-produk pertanian AS sebesar US$ 4,5 miliar atau Rp 73 triliun. Indonesia juga telah berkomitmen untuk membeli energi AS senilai US$15 miliar dan 50 pesawat Boeing mayoritas 777.
"Terima kasih pada rakyat Indonesia atas persahabatan dan komitmen Anda untuk menyeimbangkan defisit perdagangan kita,'' ujarnya.