60% KUR Mengalir ke Sektor Produktif, UMKM Siap Serap Tenaga Kerja


Hampir 60% dari total Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan diberikan pada sektor produktif, seperti pertanian, perkebunan, dan industri pangan olahan. Kondisi ini berbeda dengan sebelumnya, di mana KUR lebih banyak disalurkan ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sektor perdagangan yang cenderung aman, namun memiliki serapan tenaga kerja yang minim.
"Hingga Juni 2025, KUR ke sektor produktif mencapai Rp 79,6 triliun atau sekitar 59,97% dari capaian penyaluran KUR," kata Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM, Riza Adha Damanik, di Jakarta, Jumat (18/7).
Riza mengatakan, penyaluran KUR ke sektor produktif tersebut menimbulkan optimisme bahwa UMKM dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang menghadapi banyak tantangan. Salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh sektor produktif.
"Dengan demikian, pertumbuhan perekonomian pada semester kedua tahun ini akan lebih baik karena pelaku UMKM telah meningkatkan kreditnya pada Januari-Juni 2025," katanya.
Selain itu, dia mengatakan, minimnya jumlah hari libur nasional pada paruh kedua tahun ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas UMKM dibandingkan Semester I 2025.
Kredit Macet UMKM
Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Maman Abdurrahman optimistis rasio kredit bermasalah atau NPL kredit pada UMKM dapat dijaga di bawah 5% tahun ini. Sebab, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksi akan membaik pada paruh kedua tahun ini.
Maman menilai rasio NPL kredit bermasalah sejauh ini masih pada posisi aman atau sekitar 4%. Untuk diketahui, Bank Indonesia menetapkan kelonggaran rasio NPL setiap bank hingga 5%.
"Menurut kami, rasio NPL sejauh ini masih wajar karena jarak dari batas maksimal 5% masih jauh secara signifikan," kata Maman di kantornya, Jumat (18/7).
Otoritas Jasa Keuangan mendata NPL kredit UMKM konsisten berada di atas 4% pasca pandemi atau sejak April 2020. Namun NPL kredit UMKM kembali konsisten di kisaran 3% mulai September 2022.
Kredit bermasalah sektor UMKM kembali konsisten ke atas 4% sepanjang tahun lalu. Kementerian Koperasi dan UMKM menilai hal tersebut didorong oleh banjirnya produk impor yang akhirnya menekan arus kas pelaku UMKM.
Rasio NPL kredit UMKM pada Januari-Maret 2025 konsisten berada di atas 4% dengan posisi tertinggi terjadi per Februari 2025 sebesar 4,15%.