Pemerintah Tolak Naikkan HET Beras Premium Meski Harga Gabah Tinggi

Andi M. Arief
18 Juli 2025, 11:41
Pedagang menata beras yang dijualnya di Pasar Gondangdia, Jakarta, Jumat (4/7/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan harga beras meningkat di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran pada Juni 2025 dengan rata-rata harga di penggilingan mencapa
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Pedagang menata beras yang dijualnya di Pasar Gondangdia, Jakarta, Jumat (4/7/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan harga beras meningkat di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran pada Juni 2025 dengan rata-rata harga di penggilingan mencapai Rp12.994 per kg atau naik 2,05 persen secara month to month dan naik sebesar 3,62 persen secara year on year.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pangan Nasional atau Bapanas tidak akan menaikkan harga eceran tertinggi beras premium dari posisi Rp 14.900 per kilogram. Sebab, peningkatan harga gabah bukan disebabkan oleh minimnya ketersediaan gabah, namun persaingan yang tidak sehat.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menilai perubahan HET beras saat ini tidak tepat lantaran menipisnya margin perusahaan penggilingan disebabkan oleh model bisnis yang tidak tepat. Karena itu, Arief menilai penggilingan gabah harus menyesuaikan harga beli gabah agar tetap mendapatkan keuntungan dengan HET beras premium saat ini.

"Kalau dirasa harga gabah senilai Rp 7.400 per kg tidak bisa menghasilkan beras premium seharga Rp 14.900, jangan dilakukan pembeliannya. Dengan demikian, harga dapat wajar di tingkat petani, tingkat penggilingan, dan tingkat konsumen," kata Arief di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kamis (17/7).

Arief menekankan pemerintah hanya mengimbau agar harga pembelian gabah tidak kurang dari Rp 6.500 per kg di tingkat petani. Perum Bulog menemukan harga gabah di tingkat petani telah mencapai Rp 7.000 per kg sampai kemarin, Kamis (17/7).

Pada saat yang sama, Arief menyampaikan pemerintah akan terus melakukan penyerapan gabah pada paruh kedua tahun ini. Sebab, target cadangan beras pemerintah ditargetkan dapat mencapai 3 juta ton pada awal tahun depan.

Volume CBP yang dikelola Bulog saat ini mencapai 4,2 juta ton. Namun angka tersebut diproyeksi susut menjadi 3,1 juta ton pada akhir tahun ini untuk memenuhi penyaluran bantuan pangan sejumlah 326.000 ton dan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan hingga 1,3 juta ton.

Dengan kata lain, penggilingan padi akan kembali bersaing dengan Bulog untuk menyerap beras di tingkat petani. Walau demikian, Arief menekankan bahwa penggilingan padi harus mengubah cara pembelian gabah pada paruh kedua tahun ini agar dapat memenuhi aturan pembelian gabah minimum Rp 6.500 per kg dan tidak melampaui HET.

"Kalau HET diubah sekarang saya rasa belum tepat, karena yang harus diubah itu cara pembelian perusahaan penggilingan gabah," katanya.

Sebelumnya, Arief menekankan bahwa penguatan stok menjadi 3 juta ton di akhir tahun diperlukan untuk mengantisipasi potensi paceklik pada Januari–Februari 2026, saat produksi beras biasanya melemah.

“Kami tidak ingin ada gagal panen, El Niño, ataupun La Niña. Target kami adalah menjaga kebutuhan beras nasional sebanyak 2,6 juta ton per bulan,” kata Arief di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Selasa (15/7).

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan berencana merevisi Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025 dalam waktu dekat. Ia menilai peningkatan CBP diperlukan untuk menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani.

"Perum Bulog perlu lebih banyak menyerap karena musim tanam tahun ini akan terus bagus. Jadi, kami menaikkan volume CB jadi 4 juta ton agar harga gabah di tingkat petani tidak turun pada paruh kedua tahun ini," kata Zulhas di kantornya, Kamis (17/7).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...