Daftar Barang Impor AS Akan Membanjiri RI Imbas Kesepakatan Tarif dengan Trump

Tia Dwitiani Komalasari
16 Juli 2025, 13:25
Seorang warga memancing saat adanya aktivitas bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Jakarta, Selasa (1/7/2025). Badan Pusat Statistik menyatakan Indonesia memperoleh surplus neraca perdagangan sebesar 4,30 miliar dolar AS pada Mei 2
ANTARA FOTO/Fauzan/nym.
Seorang warga memancing saat adanya aktivitas bongkar muat peti kemas di New Priok Container Terminal One, Jakarta, Selasa (1/7/2025). Badan Pusat Statistik menyatakan Indonesia memperoleh surplus neraca perdagangan sebesar 4,30 miliar dolar AS pada Mei 2025 yang diraih berdasarkan perhitungan nilai ekspor sebesar 24,61 miliar dolar AS, dikurangi impor sebesar 20,31 miliar dolar AS di periode yang sama sekaligus mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia diperkirakan akan kebanjiran barang impor dari Amerika Serikat (AS) usai adanya kesepakatan dagang baru. Presiden Republik Indonesia, Donald Trump, mengatakan bahwa barang impor dari Indonesia ke AS akan dikenakan tarif 19%, namun barang impor AS ke Indonesia bebas hambatan tarif dan non tarif atau dikenakan 0% tarif.

"Pagi ini saya menyelesaikan kesepakatan penting dengan Republik Indonesia setelah berbicara dengan Presiden yang sangat saya hormati, Prabowo Subianto. Kesepakatan penting ini membuka seluruh pasar Indonesia bagi Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam sejarah," ujarnya 

Trump mengatakan, AS akan memiliki semua akses ke Indonesia. Untuk pertama kalinya peternak, nelayan, dan petani AS bisa memasok hasil panennya ke pasar Indonesia yang berpenduduk lebih dari 280 juta orang.

Berikut daftar barang AS yang akan membanjiri Indonesia akibat kesekatan tersebut:

1. Produk Pertanian

Trump mengatakan, Indonesia akan berkomitmen membeli produk pertanian, peternakan, dan perikanan AS senilai US$ 4,5 miliar atau senilai Rp 73,2 triliun (kurs Rp 16.285 per dolar AS).  

Buru Besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andras Santosa, mengatakan terdapat tiga komoditas unggulan pertanian Amerika Serikat yang memiliki permintaan yang sangat besar di Indonesia yaitu kedelai, gandum, dan jagung. 

Khusus untuk kedelai, Amerika Serikat merupakan negara produsen utama dunia komoditas tersebut di samping Argentina. Namun, Dwi mengatakan, kebijakan baru tersebut tidak akan berpengaruh banyak karena selama ini pemerintah Indonesia sudah menerapkan bea masuk nol persen khusus untuk impor kedelai. Pasalnya, kedelai sangat dibutuhkan industri tahun dan tempe dalam negeri yang mayoritas merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sementara untuk impor gandum juga dibutuhkan oleh Indonesia. Namun, Dwi mengatakan, impor gandum dari AS ke Indonesia memiliki saingan besar yaitu Australia. Pasalnya, Indonesia juga telah menyepakati Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Australia (IA CEPA) yang menyebabkan tarif impor gandung dari Australia sudah mencapai nol persen.

"Sementara secara jarak, Australia akan lebih diuntungkan untuk melakukan perdagangan dengan Indonesia," ujarnya kepaka Katadata.co.id, Rabu (16/7).

Dwi Andreas mengatakan, komoditas pertanian yang paling berpengaruh signifikan akan adanya kesepakatan terbaru dengan Trump adalah jagung.  Pasalnya, AS merupakan produsen jagung dunia, sementara komoditas tersebut sangat dibutuhkan Indonesia. 

Dia mengatakan, saat ini harga jagung produksi petani di Indonesia mencapai Rp 4.500 per kg. Di sisi lain, harga jagung impor kini sudah mencapai Rp 3.000 per kg.

'Produk jagung Indonesia gak mungkin bisa bersaing dengan produk impor. Industri makanan dan pakan ternak kemungkinan akan beralih ke jagung impor," ujarnya.

2. Komoditas Energi dan Tambang

Dalam kesepakatan terbaru, Trump mengatakan Indonesia telah berkomitmen untuk membeli komoditas energi AS senilai US$ 15 miliar.  Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance, Andry Satrio, mengatakan Indonesia mengimpor 50 persen kebutuhan butane dan propane yang merupakan bahan baku elpiji.

Dia mengatakan, sebanyak 50 persen kebutuhan bahan baku tersebut diimpor dari AS. Sementara komoditas migas lainnya yaitu minyak mentah. 

"Ada juga produk-produk kimia seperti etilen dan bahan baku petrokimia lainnya yang banyak kita impor dari AS," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan data BPS 2023, barang AS yang paling banyak diimpor oleh Indonesia adalah bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk dari penyulingan dari AS yaitu sebanyak US$ 2,2 miliar. Nilai impor Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk dari penyulingan mereka; zat bitumen; mineral ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mampu menembus US$ 2,39 miliar.

Menurut Andry, perlu dicermati risiko kesepakatan tarif barang impor AS nol persen tersebut akan membuat Indonesia semakin bergantung dengan produk AS. Padahal, idealnya Indonesia memiliki diversifikasi impor sehingga tidak tergantung  pada satu negara.

Sementara itu Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kesepakatan dengan AS tersebut mengancam defisit impor migas yang berpotensi makin lebar. Kondisi ini bisa menekan kurs rupiah dan menyebabkan postur subsidi RAPBN 2026 untuk energi meningkat tajam.

Dia mengatakan alokasi subsidi energi 2026 yang sedang diajukan pemerintah Rp 203,4 triliun tidak akan cukup. Setidaknya butuh Rp300-320 triliun untuk subsidi energi.

"Apalagi ketergantungan impor BBM dan LPG makin besar," ujarnya.

3. Pesawat Boeing

Trump mengatakan, salah satu kesepakatan adalah Indonesia setuju untuk membeli 50 pesawat Boeing, terutama tipe 777. Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani sudah mengungkapkan rencana tersebut.

“Kita masih penjajakan untuk kemungkinan pembelian pesawat Boeing, antara 50 sampai 75 unit,” kata Wamildan saat ditemui usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (4/7).

Wamildan belum merinci waktu pasti realisasi pembelian tersebut, namun ia menyebut kemungkinan besar Garuda Indonesia akan memilih tipe Boeing Max, seperti seri 737 Max dan 787. “Masih dalam pembicaran, ada opsi 737 Max, 787, ada Max 8, ada baseline,” kata Wamildan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...