Profil Empat Perusahaan Besar Terseret Kasus Beras Oplosan

Mela Syaharani
15 Juli 2025, 10:28
Pedagang menata beras yang dijualnya di Pasar Gondangdia, Jakarta, Jumat (4/7/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan harga beras meningkat di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran pada Juni 2025 dengan rata-rata harga di penggilingan mencapa
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Pedagang menata beras yang dijualnya di Pasar Gondangdia, Jakarta, Jumat (4/7/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan harga beras meningkat di tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran pada Juni 2025 dengan rata-rata harga di penggilingan mencapai Rp12.994 per kg atau naik 2,05 persen secara month to month dan naik sebesar 3,62 persen secara year on year.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Satgas Pangan Polri sedang mengusut sejumlah produsen beras nakal yang diduga melanggar mutu dan takaran. Ketua Satgas Pangan Polri sekaligus Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol. Helfi Assegaf mengatakan saat ini sudah ada empat produsen yang sedang dalam proses pemeriksaan. 

“Betul, dalam proses pemeriksaan,” kata Helfi, Senin (15/7).

Empat produsen beras yang dipanggil kepolisian untuk proses pemeriksaan yakni Wilmar Group (WG), PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ), PT Belitang Panen Raya (BPR), dan PT Sentosa Utama Lestari/Japfa Group (SUL/JG).

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkap modus operasi produsen tersebut yaitu dengan mengoplos beras. Perusahaan beras bermerek menjual dengan harga premium, namun isinya ternyata campuran dengan beras medium atau tidak sesuai standar mutu beras premium.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, hasil investigasi menunjukkan bahwa beras premium bermerek tersebut ternyata memiliki kualitas rendah. Praktik curang ini dinilai merugikan konsumen sekaligus mencoreng tata niaga pangan nasional. Amran menegaskan tidak akan memberi toleransi terhadap pelaku pengoplosan.

“Kami akan menindak tegas praktik seperti ini. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap petani, konsumen, dan juga semangat swasembada pangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (14/7).

Berikut profil empat perusahaan tersebut, seperti dihimpun Katadata, Selasa (15/7):

Wilmar Group (WG)

PT Wilmar Group merupakan perusahaan di bidang agribisnis berskala global yang didirikan pada 1991. Perusahaan didirikan oleh dua orang miliarder asal Singapura dan Indonesia, yaitu Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus.

Perusahaan induk investasi ini bergerak dalam pemrosesan, perdagangan, dan distribusi produk pertanian melalui segmen budidaya kelapa sawit, penghancuran biji minyak, penyulingan minyak nabati, penggilingan tepung dan beras, penggilingan, dan penyulingan gula.

Wilmar Group juga bergerak pada segmen lain seperti manufaktur produk konsumen, makanan siap saji, produk dapur, lemak khusus, oleokimia, biodiesel dan pupuk, serta operasi taman makanan. Berdasarkan catatan terakhir pada 2024, Wilmar Group memiliki kinerja keuangan dengan pendapat sebesar 67,2 miliar dolar, total aset (aktiva) sebesar 61,8 miliar dolar, dan keuntungan sebanyak 1,5 miliar dolar.

Produk yang dihasilkan perusahaan PT Wilmar Group, di antaranya Sania, Siip, Sovia, Fonta, Tulip, Arawana Brand, Wonder Farm, Fortune, Rupchanda, Mamador, Simply Dau Dau Nanh, Cheerose, serta &Many More.

PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ)

PT Food Station Tjipinang Jaya (Perseroda) bergerak dalam bidang distribusi, penjualan, jasa pergudangan, pergudangan dalam resi gudang, jasa pertokoan, dan pengangkutan bahan pangan (beras). Dari laman resmi mereka dituliskan bahwa perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jakarta dan berfungsi strategis sebagai pilar ketahanan pangan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Lembaga ini juga menjadi instrumen Pemerintah untuk  pengendalian harga beras di DKI Jakarta. Aktivitas pengadaan beras dan komoditi lainnya oleh PT. Food Station Tjipinang Jaya (Perseroda) sepenuhnya dilakukan dengan bekerjasama dengan para produsen beras atau penggilingan padi di seluruh Indonesia ditujukan untuk mendukung program pemerintah dalam ketahanan pangan.

PT Belitang Panen Raya 

PT Belitang Panen Raya berdiri sejak 2005. Sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang penggilingan padi dan diikuti dengan ekspansi penggilingan padi kedua di dekat area persawahan Belitang, Kabupaten Oku, Sumatera Selatan pada 2015.

Belitang Panen Raya telah menghasilkan produk beras dengan brand “Beras Raja” dengan berbagai jenis produk yang telah dipasarkan di seluruh Indonesia baik di pasar tradisional maupun di pasar modern.  

Belitang Panen Raya juga telah memproduksi hasil turunan dari beras yaitu Bihun Cap Raja yang sekarang dikelola oleh PT. Rizky Mitra Pangan (PT. RMP).  

PT Sentosa Utama Lestari/Japfa Group 

Berdasarkan laman resminya, PT SUL atau disebut Vasham merupakan perusahaan agrikultur terpadu dan merupakan anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Tbk.

Perusahaan menulis, mereka bermitra dengan petani, pedagang, dan komunitas lokal melalui berbagai program dan layanan; termasuk pembiayaan, penjualan saprotan, pelatihan agrikultur, serta manajemen risiko untuk membantu meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani, Ade Rosman

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...