Dalam Sepekan, Hashim Djojohadikusumo Resmikan Dua Pabrik Baru di Riau dan Aceh


Hashim Djojo hadikusumo meresmikan dua pabrik baru miliknya di pulau Sumatera. Dua pabrik tersebut sama-sama menggunakan energi ramah lingkungan.
Pabrik tersebut adalah pabrik karet remah PT Potensi Bumi Sakti, di Desa Glee Siblah, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat pada Selasa (8/11). Kedua, yaitu pabrik solder ramah lingkungan pertama di Indonesia yang dikelola oleh PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) dan berlokasi di kawasan Tunas Industrial Estate Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
PT Potensi Bumi Sakti dan PT Solder Tin Andalan sama-sama merupakan bagian dari Arsari Group.
Hashim Djodjohadikusumo yang merupakan Direktur Utama Arsari Group mengatakan pembangunan pabrik karet di Aceh sebetulnya telah dimulai sejak 2013 lalu.Namun pembangunannya baru selesai dan bisa dioperasionalkan pada 2025. Dengan demikian pembangunan pabrik ini memerlukan waktu hampir 12 tahun lamanya.
“Ini mungkin pabrik paling lama pembangunannya di Indonesia,” kata Hashim disambut tawa hadirin, seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, lambatnya pembangunan pabrik karet tersebut karena ini nasib orang yang selama ini berjuang dalam oposisi (pemerintah), sehingga selama masa oposisi tidak bisa mendapatkan kredit dari bank mana pun, termasuk Bank Aceh. Namun saat ini, ia optimis bisa mendapat kredit dari perbankan Indonesia, untuk mewujudkan perekonomian di Indonesia agar semakin lebih baik.
Hashim mengatakan untuk sementara, pabrik pengolah karet remah tersebut dapat menampung sebanyak 200 orang karyawan, dan ke depan diharapkan bisa menampung dua shift pekerja yaitu 400 hingga 600 orang karyawan.
Ada pun kapasitas mesin yang saat ini terpasang di pabrik tersebut, dapat mengolah 10 ton karet basah per jam atau lima ton karet kering per hari. Pabrik ini juga dapat mengolah 100 ton karet kering/hari atau sekitar 30.000 karet kering ton per tahun, dengan biaya operasional yang dikeluarkan untuk pengolahan karet mencapai Rp4 miliar per hari.
Hilirisasi Timah
Pabrik kedua yaitu manufaktur solder ramah lingkungan pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan Tunas Industrial Estate Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Pabrik ini dikelola oleh PT Solder Tin Andalan Indonesia (STANIA), anak usaha dari Arsari Tambang yang dibangun di atas lahan seluas 6.500 meter persegi, siap memproduksi hingga 2.000 ton solder bar per tahun.
Dalam jangka panjang, kapasitas produksi ditargetkan meningkat hingga 16.000 ton per tahun mencakup solder wire, powder, dan paste, dengan proyeksi pendapatan mencapai Rp1 triliun. Hashim menyebut saat ini satu lini produksi mampu menyerap 80 tenaga kerja.
"Ini baru satu lini untuk solder dengan timbal dan non timbal. Kalau kebutuhan meningkat, akan kita kembangkan sampai empat lini," ujarnya.
Pabrik ini juga mengedepankan prinsip keberlanjutan. Seluruh operasional menggunakan energi baru terbarukan (EBT) milik PLN yang disertifikasi Renewable Energy Certificate (REC), menjadikannya sebagai fasilitas produksi bebas emisi. Desain bangunan pun dirancang efisien, memaksimalkan pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi listrik.
“Melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dan kolaborasi strategis, kami ingin membuktikan bahwa industri pertambangan juga bisa menjadi pelopor keberlanjutan,” kata Direktur Utama Arsari Tambang Aryo Djojohadikusumo.
Dari sisi rantai pasok, STANIA telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan PT Freeport Indonesia untuk pengadaan timbal dan perak, dua bahan strategis dalam produksi solder berkualitas tinggi.
Selain itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan Volex, perusahaan global penyedia solusi konektivitas, untuk ekspor produk solder ke pasar internasional.