Gaikindo: Penjualan Mobil Semester II 2025 Cenderung Berat Imbas Daya Beli Turun

Andi M. Arief
10 Juli 2025, 14:37
Pekerja membersihkan mobil di salah satu showroom di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis (21/11/2024). Pemerintah akan menaikkan tarif Pajar Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan mobil sebesar 12 persen dari sebelumnya 11 persen dan akan diberlakukan mu
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nz
Pekerja membersihkan mobil di salah satu showroom di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis (21/11/2024). Pemerintah akan menaikkan tarif Pajar Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan mobil sebesar 12 persen dari sebelumnya 11 persen dan akan diberlakukan mulai 1 Januari 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Penjualan mobil di pasar domestik diprediksi masih lesu pada paruh kedua tahun ini. Hal tersebut tercermin dari turunnya penjualan pabrik mobil ke diler sebesar 8,6% secara tahunan pada semester pertama tahun ini menjadi 374.740 unit.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, jenis penjualan yang tumbuh pada bulan lalu adalah pengiriman diler ke konsumen sebesar 0,6% secara bulanan menjadi 61.647 unit. Namun capaian tersebut terhitung susut jika dibandingkan capaian Juni tahun lalu yang mencapai 70.290 unit.

"Sinyal optimisme penjualan semester masih bercampur, namun penjualan Juli-Desember 2025 cenderung berat. Sebab penjualan mobil listrik atau EV terus turun secara bulanan pada Maret-Mei 2025," kata Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara kepada Katadata.co.id, Kamis (10/7).

Kukuh menyampaikan susutnya penjualan selama enam bulan pertama tahun ini disebabkan pelemahan daya beli. Menurutnya, kondisi tersebut berpotensi diperberat oleh dinamika geoekonomi, khususnya penambahan tarif impor yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat.

Dia menilai peningkatan tarif oleh Amerika Serikat akan menekan perekonomian negara mitra dagang Indonesia. Dengan demikian, permintaan mobil lokal di pasar ekspor diramal menjadi berat jika Presiden Amerika Serikat Donald J Trump tetap menetapkan peningkatan tarif bulan depan.

Kukuh mendata produsen mobil nasional tidak mengekspor mobil utuh maupun mobil rakitan ke Negeri Hollywood. Namun, pabrikan otomotif lokal mengekspor suku cadang mobil ke Amerika Serikat.

"Mudah-mudahan dampak pengenaan tarif Trump tidak signifikan ke performa produksi semester kedua tahun ini," katanya.

Seperti diketahui, pemerintah berencana melonggarkan sejumlah syarat impor, termasuk aturan Pertimbangan Teknis dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dua syarat ini selama ini menjadi pengatur masuknya beberapa komoditas impor, termasuk kendaraan bermotor.

Kukuh sebelumnya menekankan keberhasilan penjualan mobil di Indonesia tidak hanya ditentukan oleh pelonggaran kebijakan tersebut. Menurutnya, prinsipal otomotif asing harus memiliki komitmen jangka panjang, seperti memastikan pasokan komponen, layanan purna jual, dan kesiapan ekosistem pendukung.

Dia juga menilai relaksasi kebijakan perdagangan, khususnya Pertimbangan Teknis, tidak akan mendorong lonjakan impor mobil listrik secara signifikan. Ia mengingatkan bahwa importir mobil listrik tetap diwajibkan membangun pabrik di Indonesia.

Beberapa merek mobil listrik yang sudah masuk pasar Indonesia antara lain BYD, Chery, Neta, Seres, dan Citroen. Kukuh yakin mereka tidak akan mundur dari komitmen pembangunan fasilitas produksi di dalam negeri.

“Mereka sudah punya komitmen untuk investasi di Indonesia, jadi tidak bisa hanya mengandalkan impor CBU,” kata Kukuh.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...