Negosiasi Tarif Impor AS Dekati Tenggat Waktu, Apa Saja yang Ditawarkan RI?


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan perkembangan terbaru berkaitan negosiasi kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat atau AS. Saat ini Presiden AS Donald Trump sudah menandatangani kesepakatan tarif impor dengan Cina.
Sementara dengan Indonesia, proses tersebut masih berjalan. Saat ini juga sudah semakin mendekati tenggat waktu negosiasi dengan AS.
“Kalau tenggat waktu itu terus berkembang, tetapi antara 8 atau 9 Juli kalau Amerika menyatakan tanggal 9 Juli. Tapi beda 8 sama 9 kan beda-beda tipis,” kata Airlangga saat ditemu di Kementerian Perdagangan, Senin (30/6).
Ia memastikan saat ini pemerintah terus berkomunikasi dengan perwakilan AS secara tertulis. Menurutnya, RI sudah memberikan penawaran kedua dalam negosiasi tersebut dan sudah diterima oleh AS.
“Tentu oleh AS, kita sudah bicara juga dengan USTR Secretary of Commerce dan Secretary of Treasury. Jadi tentu tim negosiasi Indonesia standby di Washington jadi kalau ada perubahan bisa segera merespons,” ujar Airlangga.
RI Tawarkan Investasi Mineral Kritis
Dalam proses negosiasi ini, Airlangga menyatakan Indonesia juga menawarkan peluang investasi di sektor critical mineral atau mineral kritis. Investasi ini berkaitan dengan transisi energi seperti untuk baterai kendaraan listrik dan turbin angin, namun juga penting untuk berbagai industri lainnya.
“Indonesia juga menawarkan ke AS critical mineral bersama Danantara untuk melakukan investasi di dalam ekosistem critical mineral,” kata Airlangga.
Ia menegaskan, Indonesia juga sudah menyatakan kebutuhan RI untuk energi dan agrikultur. Kedua kebutuhan ini dipastikan akan membuka peluang investasi yang bisa dimanfaatkan AS.
“Critical mineral kepada brownfield project yang ada di Indonesia. jadi itu sudah clear kita tawarkan ke AS,” ujar Airlangga.
Airlangga menyebut AS sudah terlibat sejak lama dalam investasi itu salah satunya kepemilikan Freeport sejak 1967. Lalu ke depan, Airlangga menyatakan mineral kritis akan juga mencakup industri ekosistem elektronik, serta peralatan militer dan luar angkasa.
Meski begitu, Airlangga belum mengungkapkan proyek spesifik yang diminati AS. Namun menurutnya, AS sudah sangat tertarik dengan peluang mineral kritis di Indonesia.