Menaker Yassierli: Program-program Pemerintah Tawarkan Loker dan Gaji Menarik


Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengatakan program utama pemerintah memberikan lapangan kerja berkualitas. Hal ini ia sampaikan meresnpons data temuan Bank Dunia terkait rendahnya kualitas lapangan kerja pada tahun lalu.
"Kalau dilihat sekarang, program swasembada pangan meminta syarat pendidikan adalah sarjana dengan gaji yang menarik. Jadi tidak semua potret lapangan kerja tahun ini adalah menjadi buruh tani atau semacamnya," kata Yassierli di kantornya, Jakarta, Selasa (24/6).
Di samping itu, Yassierli menilai tidak semua lapangan kerja di sektor pertanian dan perdagangan memiliki gaji di bawah ketentuan upah minimum. Selain itu, seluruh lowongan kerja atau loker baru dari pemerintah dipastikan menyediakan jaminan sosial ketenagakerjaan.
Ada dua program pemerintah setidaknya akan menyerap 3,5 juta tenaga kerja baru, yakni makan bergizi gratis atau MBG sekitar 1,5 juta orang dan Koperasi Desa Merah-Putih hingga 2 juta orang.
"Semua tujuan utama program yang diluncurkan presiden adalah penciptaan lapangan kerja," ujarnya.
Sebelumnya, Lead Economist World Bank Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab mengatakan tantangan dasar isu ketenagakerjaan nasional adalah penciptaan lapangan kerja berkualitas. Minimnya pekerjaan tersebut menjadi pendorong utama susutnya populasi kelas menengah di Indonesia.
Habib memaparkan minimnya lapangan kerja berkualitas membuat pengeluaran kelas menengah kini lebih rendah dari masyarakat miskin dan kaya. Hal tersebut tercermin dari konsumsi masyarakat miskin yang tumbuh hingga 3% pada 2019-2024, sedangkan kelas menengah hanya naik 1,3%.
"Artinya, pendapatan orang miskin selama lima tahun terakhir naik lebih cepat daripada kelas menengah. Selain itu, konsumsi masyarakat dalam kelompok 10% pendapatan tertinggi tumbuh lebih tinggi," kata Habib dalam acara Indonesia Economic Prospect di Jakarta, Senin (23/6).
Ia mengakui tingkat partisipasi kerja nasional tinggi atau mendekati 70%. Selain itu, tingkat pengangguran kini berada di bawah 5%. Akan tetapi, populasi kelas menengah merupakan sinyal pertumbuhan ekonomi paling dasar pada sebuah negara.
Karena itu, Habib mendorong pemerintah agar mengarahkan investasi asing langsung masuk ke sektor manufaktur dengan produk nilai tinggi. "Pemerintah harus memperluas sektor yang memproduksi barang hasil manufaktur bernilai tinggi," ujarnya.