Menaker soal IMF Naikkan Proyeksi Pengangguran Indonesia: Ini Alarm untuk Kita


Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengomentari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terkait tingkat pengangguran mencapai 5% tahun ini, naik dari sebelumnya sebesar 4,9%. Menurut Yassierli, ini merupakan peringatan bagi Indonesia.
“Proyeksi dan prediksi tersebut boleh saja, ini menjadi masukan dan alarm untuk kita,” kata Yassierli saat ditemui di acara Human Capital Summit 2025, Rabu (4/6).
Tingkat pengangguran versi IMF merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur ataupun masih mencari pekerjaan. Dia menyebut pemerintah saat ini harus proaktif untuk mengorkestrasi setiap kementerian teknis, serta dimana saja peluang lowongan pekerjaan.
“Ini terus kami bahas dalam lingkup rapat koordinasi lintas kementerian,” ujarnya.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional terbaru menunjukkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2025 mencapai 153,05 juta orang. Dari data tersebut, dia menyebut tingkat pengangguran Indonesia per Februari mencapai 4,76%, turun dari angka Agustus 2024 sebesar 4,91%.
Meskipun sudah menurun, dia menyebut tingkat pengangguran Indonesia akan menghadapi tantangan pada Agustus mendatang, ketika anak-anak SMA dan SMK lulus.
“Namun kami jawab tantangan tersebut dengan kerja serius,” ucapnya.
Tidak hanya Yassierli, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi juga menyebut proyeksi IMF menjadi masukan buat pemerintah. Tidak hanya dari IMF, Hasan Nasbi melanjutkan pemerintah juga menampung masukan dari lembaga-lembaga ekonomi lainnya, mengingat analisis mereka dapat membantu pemerintah mengantisipasi gejolak, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
“Analisis dari lembaga-lembaga seperti IMF tentu jadi masukan yang sangat penting bagi pemerintah untuk mengantisipasi, untuk menjaga supaya kita tetap baik ekonominya,“ kata Hasan Nasbi dikutip dari Antara, Rabu (4/6).
Walaupun demikian, Hasan menekankan pemerintah saat ini merujuk kepada hasil Sakernas, yang merupakan survei resmi Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengetahui tingkat pengangguran. Berdasarkan Sakernas, lapangan kerja baru tumbuh signifikan.
“Jadi, ada indikator-indikator yang menunjukkan bahwa memang terjadi pemutusan hubungan kerja, tetapi penciptaan lapangan kerja baru juga terjadi, dan itu lebih banyak,” ujarnya.
Jumlah pengangguran terbanyak pada Februari 2025, sebagaimana dikutip dari Sakernas BPS, didominasi lulusan SMA sebesar 28,0%, kemudian persentase terendah ada pada kelompok lulusan Diploma I/II/III sebesar 2,44%, dan tepat di atasnya ada kelompok Diploma IV, S1, S2, dan S3 sebesar 13,89%.