Stella Christie: Hilirisasi Butuh Dukungan Puluhan Ribu Tenaga Kerja Unggul


Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Prof. Stella Christie, menyebutkan diperlukan 60 ribu anak bangsa yang bertalenta untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja unggul pada 21 proyek hilirisasi tahap pertama di tahun 2025 dan mengerek pertumbuhan ekonomi.
“Ini hanya memperlihatkan kebutuhan riil dari tenaga kerja unggul yang diperlukan,” kata Stella di Simposium Nasional "Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan Katadata, di Jakarta, Selasa (3/6).
Stella menambahkan, untuk bisa mendapatkan tenaga kerja sebanyak itu, diperlukan penguatan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi vokasi. Ia menyebutkan bahwa perlu 30 ribu teknisi untuk mengoperasikan kilang minyak, 15 ribu operator pabrik dimethyl ether (DME), 5.000 spesialis big data untuk sistem employment outlook nasional, serta 10.000 ahli smelter untuk pabrik pengolahan tembaga dan alumunium.
Ia mencontohkan industri pengolahan mineral jarang atau rare-earth di Morowali mayoritas tenaga kerja ahlinya adalah tenaga kerja asing.
“Tenaga kerja lokal kita tidak bekerja di keahlian. Mengapa? Karena ada kekurangan industry-match curriculum,instruktur, dan infrastruktur di perguruan tinggi vokasi kita,” ungkap Stella.
Kurikulum Belum Mendukung Perubahan Industri yang Cepat
Sumber daya manusia merupakan salah satu perhatian Sumitro Djojohadikusumo, begawan ekonomi yang juga ayah dari Presiden Prabowo Subianto. Pasalnya, sumber daya manusia merupakan salah satu modal dalam ekonomi pembangunan. Pemikiran Sumitro ini hingga kini masih relevan dan sejalan dengan program hilirisasi yang menjadi prioritas pemerintahan Prabowo Subianto.
Stella mengatakan Indonesia tidak memiliki kurikulum yang mendukung pertumbuhan dan perubahan industri yang sangat cepat. Oleh karena itu, Kemendiktisaintek mulai melakukan revolusi pendidikan dengan menjalin kerja sama antara sekolah vokasi dan industri.
“Kita sudah ada kerja sama dengan Cina, dan (skema yang sama) akan kita replikasi ke Jepang dan Eropa. Di Tiongkok, universitas vokasi dan politeknik sudah mensuplai industri yang sudah ditunjuk, sehingga mereka sangat bisa memenuhi kebutuhan industri tersebut,” ujar dia.
Stella juga menyebutkan, sejauh ini Liuzhou Vocational and Technical College dan Wuling sudah bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Sriwijaya untuk menghadapi kebutuhan tenaga ahli ini.