Erick Thohir Bertemu CATL, Bahas Kelanjutan Pembangunan Pabrik Sel Baterai di RI


Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertemu dengan Representative of the Chairman CATL for Resource Affairs (CATL), Li Changdong.
Pertemuan ini dilakukan untuk membahas tindak lanjut rencana investasi ekosistem terintegrasi baterai kendaraan listrik yang bekerjasama antara Contemporary Amperex Technology (CATL) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam membangun pabrik sel baterai di Indonesia.
“Kerja sama ini merupakan upaya pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan listrik (EV) dan energi terbarukan di Indonesia serta menjadikan Indonesia sebagai pusat global untuk kendaraan listrik di Asia Tenggara,” tulis Erick dalam akun instagram miliknya, dikutip Kamis (15/5).
Selain CATL, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Wamen ESDM Yuliot Tanjung, Wamen Investasi dan Hilirisasi Indonesia Todotua Pasaribu, Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria, beserta para Direksi BUMN.
Cari Dana Pinjaman US$ 1 Miliar
Dikutip dari The Business Times, Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL), sedang mencari pinjaman dana sekitar US$ 1 miliar atau Rp 16,54 triliun untuk mendanai investasi mereka di Indonesia.
Hasil pinjaman tersebut akan digunakan untuk membiayai usaha patungan (JV) perusahaan, yang berencana untuk membangun fasilitas produksi sel baterai di Karawang, Jawa Barat.
Hingga saat ini, CATL masih berkomunikasi dengan calon pemodal, sehingga besaran pinjaman masih berpotensi berubah. Upaya pembangunan produksi sel baterai ini muncul saat CATL mengukur minat investor untuk penjualan saham potensial senilai US$ 5 miliar yang dapat menjadi pencatatan terbesar di Hong Kong dalam beberapa tahun.
Melalui anak perusahaannya CBL International Development, membentuk JV dengan perusahaan milik pemerintah Indonesia Battery Corp. (IBC). Usaha patungan tersebut berencana untuk menginvestasikan US$ 1,2 miliar di negara Asia Tenggara tersebut. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi baterai perusahaan yang berpusat di Fujian tersebut menjadi 15 gigawatt per tahun.