Kenapa Harga Tiket Jakarta-Singapura Lebih Mahal Dibandingkan Singapura-Jakarta?


Menteri Perhubungan, Dudy Purwaghandi, mengatakan penyebab tingginya harga penerbangan di dalam negeri adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan harga avtur. Hal tersebut tercermin dalam rute Jakarta-Singapura dan Singapura-Jakarta.
Misalnya saja berdasarkan pantauan di Traveloka, tiket termurah rute Jakarta-Singapura mencapai Rp 2,51 juta untuk penerbangan langsung akhir pekan ini, Sabtu (10/5). Sementara itu, tiket pesawat penerbangan langsung Singapura-Jakarta pada hari yang sama lebih rendah 41,34% atau hanya Rp 1,47 juta.
"Penyebabnya maskapai penerbangan Singapura-Jakarta tidak dikenakan PPN pada tiket pesawatnya. Selain itu, mereka tidak isi bensin di Indonesia setelah mendarat," kata Dudy di Jakarta Pusat, Kamis (8/5).
Dudy menjelaskan maskapai dalam penerbangan internasional jarak dekat seperti Singapura-Jakarta hanya akan mengisi avtur di Singapura. Dengan demikian, harga avtur dalam struktur harga tiket pesawat Singapura-Jakarta berdasarkan harga avtur di Singapura.
Oleh karena itu, Dudy mengaku sedang membicarakan potensi pembebasan atau menolkan PPN untuk tiket pesawat. Pada saat yang sama, Dudy mengaku PPN merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar saat ini.
"Kemarin dalam proses penurunan PPN tiket pesawat dalam rangka Angkutan Lebaran 2025 itu pakai usaha juga," katanya.
Akan tetapi, Dudy mengaku belum memiliki rencana untuk menurunkan harga avtur di dalam negeri. Sebab, kewenangan terkait harga avtur dimiliki oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sinkronisasi Pos Tarif
Pemerintah telah membebaskan bea masuk suku cadang pesawat melalui Peraturan Kementerian Keuangan No. 81 Tahun 2024. Namun, Dudy mengatakan beleid tersebut tidak berlaku untuk semua jenis suku cadang pesawat.
Dudy mencontohkan impor turbin pesawat yang masih dikenakan bea masuk sebesar 5%. Menurutnya, hal tersebut disebabkan turbin pesawat tidak terdaftar dalam pos tarif suku cadang pesawat, namun masuk dalam pos tarif turbin secara umum.
"Ada banyak suku cadang yang ternyata tidak dikategorikan sebagai suku cadang pesawat. Ada semacam mekanisme di Kementerian Perdagangan untuk mengubah hal itu," katanya.
Garuda Indonesia Group berencana akan mempercepat perawatan rutin 15 pesawat yang dihentikan operasional sementara. Dia merinci, satu armada milik Garuda Indonesia dan 14 pesawat milik anak usahanya, Citilink.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengatakan 15 armada tersebut merupakan pesawat yang memang mendapatkan antrian atau jadwal perawatan di tahun depan.
“Kami sedang dalam proses percepatan untuk memasukkan pesawat-pesawat tersebut ke antrian tahun ini,” kata Wamildan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (7/5).
Perawatan rutin ini berupa heavy maintenance dan penggantian suku cadang. Hal itu termasuk penggantian suku cadang untuk kembali siap beroperasi. Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini.
“Jadi memang kalau mau dibilang di-grounded 15 pesawat itu sebetulnya kurang pas, memang antriannya itu masih di tahun depan,” ujarnya.