Rosan: Eramet Siap Perbesar Investasi Hilirisasi Nikel di Weda Bay

Mela Syaharani
30 April 2025, 09:35
rosan roeslani, rosan, bkpm, investasi, hilirisasi nikel
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan keterangan kepada wartawan usai melakukan bpertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto dan petinggi perusahaan otomotif asal Vietnam VinFast di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/3/2025). Rosan menyebutkan VinFast berencana membangun secara bertahap 30.000 hingga 100.000 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di berbagai daerah Indonesia, terutama di Pulau Jawa dengan nilai investasi sekitar satu miliar dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perusahaan asal Prancis, Eramet SA berencana memperbesar investasi mereka dalam sektor hilirisasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Maluku Utara. Rencana ini sudah disampaikan Eramet kepada pemerintah beberapa waktu lalu.

“Bosnya datang kesini, ketemu dengan kami. Jadi buat saya excited dan ini juga confidence,” kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani saat ditemui di Kementerian Investasi, Senin (30/4).

Rosan menyebut kepercayaan diri ini dilandasi oleh posisi Eramet yang menjadi salah satu pemegang saham di Weda Bay, bersama Tsingshan Group asal Cina. Dalam rencana investasi Eramet, Rosan juga mengajak Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk ikut langsung investasi ini.

“Saya kemarin bertemu dengan pak Pandu (CFO Danantara) juga, mengajak Danantara untuk investasi bersama. Kami terbuka (terkait rencana ini), karena ini investasinya di bidang hilirisasi. Eramet mungkin perusahaan yang terbesar di Eropa untuk investasi hilirisasi,” ujarnya.

Rencana Investasi dengan Huayou

Pada pertengahan 2024, Eramet SA tengah menjajaki kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) untuk memproduksi nikel yang akan menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia. Jenis kemitraan ini akan sama dengan proyek Eramet bersama BASF yang telah dihentikan pada Juni 2024. 

Mengutip Bloomberg, sumber menyebutkan bahwa Eramet saat ini tengah komunikasi bersama Huayou terkait perjanjian pasokan bijih ke pabrik pengolahan atau smelter nikel berteknologi high-pressure acid leach (HPAL) yang dijalankan di IIWIP. 

Perusahaan asal Perancis itu juga disebut tengah mempertimbangkan untuk mengambil alih saham pabrik Huafei, smelter HPAL terbesar di dunia yang dioperasikan oleh Huayou. Namun demikian, baik Eramet maupun Huayou belum menkonfirmasi kabar kerja sama tersebut.  

Eramet sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan proyek baterai raksasa ini. Dalam pernyataan resmi, manajemen Eramet menyatakan akan terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya. 

"Indonesia siap untuk memainkan peran penting di masa depan pasar nikel global secara keseluruhan. Eramet tetap fokus untuk mengoptimalkan potensi sumber daya tambang Weda Bay secara berkelanjutan untuk memasok bijih ke produsen nikel lokal, sementara itu kami juga menyelidiki lebih lanjut peluang untuk berpartisipasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia," kata Geoff Streeton, Group Chief Development Officer, Eramet. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...