Dilirik Korsel, Investasi Giant Sea Wall Terkendala Perencanaan Kontruksi


Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan penjajakan dengan Korea Selatan terkait peluang investasi dalam proyek tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall). Namun, realisasi investasi tersebut masih terkendala karena perencanaan konstruksi detail belum rampung.
Untuk diketahui, tanggung jawab atas proyek Giant Sea Wall telah dialihkan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ke Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Diana menilai rencana yang disusun sebelumnya oleh Kemenko Perekonomian masih bersifat makro dan belum menyentuh aspek teknis pelaksanaan konstruksi.
“Masih banyak yang harus kami kaji dalam perencanaan Giant Sea Wall karena dokumen dari Kemenko Perekonomian masih bersifat makro. Kalau mau dirinci sampai tahap pelaksanaan, kami perlu membagi penugasan dan mendetailkan pelaksanaan konstruksinya,” ujar Diana saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (23/4).
Pihaknya juga akan melakukan evaluasi dan penyesuaian terhadap rencana yang telah disusun sebelumnya agar sejalan dengan kondisi terbaru di lapangan. Pemerintah juga terus membuka peluang investasi asing. Hingga kini, proyek Giant Sea Wall belum memiliki investor tetap, sehingga masih terbuka untuk pendanaan dari berbagai pihak.
Berpotensi Dapat Dana dari Belanda
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengungkapkan, proyek Giant Sea Wall berpotensi mendapatkan pendanaan dari Belanda dalam bentuk hibah dan pinjaman senilai 300 juta Euro atau sekitar Rp5,7 triliun. Dana ini direncanakan untuk membiayai proyek strategis di sektor energi dan sumber daya air, termasuk Giant Sea Wall.
Adapun total kebutuhan dana untuk keseluruhan proyek masih belum ditentukan, karena perencanaan konstruksi belum final. Namun, pembangunan tahap awal akan dimulai dengan pengadaan tanggul laut di wilayah pesisir DKI Jakarta yang diperkirakan menelan biaya Rp164,1 triliun.
Pembangunan Giant Sea Wall dinilai mendesak mengingat pesisir utara Jakarta mengalami penurunan tanah antara 1 hingga 25 sentimeter per tahun. Di sisi lain, terdapat ancaman dari laut berupa kenaikan permukaan air laut sebesar 1 hingga 15 sentimeter per tahun di beberapa lokasi, serta risiko banjir rob yang terus mengintai.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan bahwa proyek ini masih dalam tahap pemutakhiran konsep. Menurutnya, proyek sebesar ini tidak bisa dijalankan secara tergesa-gesa.
“Ini adalah proyek berskala besar. Kami harus mematangkan konsepnya terlebih dahulu. Tidak boleh terburu-buru karena tidak bisa sembarangan dianulir setelah berjalan,” ujar AHY.