Asosiasi sebut Hengkangnya LG Tunda RI Jadi Pusat Baterai EV Dunia

Mela Syaharani
22 April 2025, 16:20
baterai listrik, lg, investasi
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/agr
Pemudik melakukan pengisian daya baterai mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Rest Area KM 379 A Tol Batang-Semarang, di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (28/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Asosiasi Pemasok Energi dan Batu bara Indonesia atau Aspebindo menyatakan hengkangnya LG Energy Solution (LGES) dari proyek baterai kendaraan listrik atau EV berpotensi mengurangi kepercayaan investor asing dan menunda ambisi Indonesia menjadi pusat baterai listrik dunia. Padahal, negara-negara ASEAN lain seperti Thailand dan Vietnam tengah merayu investor untuk berinvestasi di negaranya.

“Indonesia kini harus bersaing ketat dengan Thailand dan Vietnam yang juga gencar menawarkan insentif serupa,” kata Wakil Ketua Umum Aspebindo, Fathul Nugroho dalam keterangannya, Selasa (22/4).

Selain menurunkan kepercayaan, lanjutnya, dampak dari pembatalan Proyek Titan yang merupakan kolaborasi LGES dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) berpotensi menunda target produksi baterai EV berbasis nikel dalam negeri. 

Proyek ini diharapkan menjadi tulang punggung pengembangan ekosistem baterai nasional. Mundurnya LGES juga berisiko menunda transfer teknologi pengolahan nikel menjadi bahan baterai berkualitas tinggi. 

Padahal, kemampuan mengolah prekursor dan katoda merupakan kunci peningkatan nilai tambah mineral. "Kehilangan kesempatan alih teknologi di sektor bernilai tinggi ini bisa memperlebar ketergantungan kita pada impor," kata Fathul.  

Untuk mengantisipasi dampak jangka panjang dari batalnya investasi LGES, Aspebindo merekomendasikan lima langkah strategis. Pertama, diversifikasi mitra investasi dengan menjajaki kembali perusahaan AS dan Eropa seperti Tesla, Eramet, dan Bosch dengan insentif fiskal dan dukungan kebijakan yang lebih menarik lagi. Pemerintah perlu merancang paket insentif khusus untuk menarik pemain global dan memastikan kesiapan rantai pasok lokal. 

Kedua, penyederhanaan regulasi, termasuk penyediaan lahan, izin lingkungan, dan percepatan perizinan pendukung lainnya. Ini sejalan dengan program ease of doing investment yang sedang digenjot Kementerian Investasi dan Hilirisasi. 

Ketiga, kolaborasi Pemerintah-BUMN-Swasta Nasional juga perlu diintensifkan. "IBC harus lebih agresif membentuk joint venture dengan menggandeng swasta nasional besar, untuk teknologi dan IP rights-nya dapat dibeli dengan dana patungan tersebut," ujar Fathul.

Selain itu, Aspebindo juga mengusulkan agar ada alokasi anggaran khusus (dedicated budget allocation) untuk percepatan hilirisasi sebesar 20% dari PNBP Minerba, yang nilainya dapat mencapai Rp 37-40 triliun per tahun setelah kenaikan royalti pada April 2025. 

Alokasi ini perlu dikawal oleh Satgas Hilirisasi untuk memastikan penggunaan dana tepat sasaran, seperti pengembangan teknologi dan infrastruktur kunci.

Keempat, usulan kelebihan pasokan listrik dari program 35.000 MW dialokasikan untuk kawasan industri baterai dengan tarif spesial. Kelima, di tingkat global, diplomasi perdagangan harus dioptimalkan untuk merespons tarif impor baterai AS sebesar 32%.

"Kita bisa tawarkan paket investasi hijau berbasis nikel dalam negosiasi bilateral," sebutnya.

Alasan LGES Mundur

Mundurnya LGES dari proyek senilai US$ 8,45 miliar atau Rp 142 triliun disebabkan oleh kondisi pasar dan lingkungan investasi. "Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah sepakat untuk secara resmi menarik diri dari proyek GP (Grand Package) Indonesia," kata LGES dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Senin (21/4).

LGES dan pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan proyek Indonesia Grand Package pada akhir 2020. Proyek ini mencakup investasi di seluruh rantai pasokan baterai kendaraan listrik. "Namun, kami akan terus mengeksplorasi berbagai cara kerja sama dengan pemerintah Indonesia, yang berpusat pada usaha patungan baterai Indonesia, HLI Green Power," ujar pernyataan tersebut. 

HLI Green Power adalah usaha patungan yang dipimpin oleh LGES dan Hyundai Motor Group.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...