Wamen PU: Banjir Bekasi Bukan karena Infrastruktur Pengendali Banjir Minim


Banjir besar melanda Kota dan Kabupaten Bekasi sejak Senin (3/3), menenggelamkan ratusan rumah dan menghambat aktivitas masyarakat. Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti menjelaskan, banjir disebabkan intensitas hujan yang tinggi, bukan karena infrastruktur pengendali banjir yang minim.
Ia menjelaskan, besarnya banjir disebabkan curah hujan yang tinggi dan menyebabkan aliran air di Kali Bekasi mencapai 1.142 meter kubik per detik. Aliran air itu melampaui kapasitas tampung kali yang mencapai 662,9 meter kubik per detik dan dijadwalkan untuk ditingkatkan setiap 25 tahun sekali.
"Saat saya melakukan kunjungan ke Bekasi hari ini, Rabu (5/3), tanggul setinggi empat meter pun akhirnya terlampaui air. Jadi, faktor banjir di Bekasi banyak, tetapi terutama karena curah hujan sangat tinggi," kata Diana kepada Katadata.co.id, Rabu (5/2).
Menurut dia, perencanaan infrastruktur pengendali banjir di Bekasi memang berbeda dengan DKI Jakarta. Namun, ia menekankan, banjir di Bekasi bukan karena minimnya kemampuan infrastruktur pengendali banjir di Bekasi.
Tinggi muka air di Pos Hujan Kampung Kelapa mencapai 358 centimeter pada akhir pekan lalu, Minggu (2/3). Kondisi tidak jauh berbeda terjadi pada keesokan harinya atau setinggi 254 cm, Senin (3/3).
Diana pun berencana mengusulkan kembali kegiatan pengendalian banjir di Kali Bekasi. Ada dua paket pengendalian banjir di Kali Bekasi yang dijadwalkan rampung tahun ini, yakni paket 6 dan 7.
Berdasarkan Indonesia.go.id, tujuan pengerjaan pengendalian banjir paket 6 dan 7 adalah menormalisasi kanal Cikarang Bekasi Laut. Kanal tersebut akan menguras air dari Cikarang menuju Sungai Bekasi Hilir.
Secara total, pemerintah telah melakukan tujuh paket pengendalian banjir di Kali Bekasi sejak 2021. Pengerjaan Paket 3 sampai 7 masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Bekasi sebesar 529.100 m² (52,91 Ha), meliputi tanah beserta bangunan seluas 264.800 m² (26,48 Ha), tanah kosong/kebun 242.100 m² (24,21 Ha) dan fasilitas umum 22.700 m² (2,27 Ha).
Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas mencatat, tinggi muka air di Sungai Cileungsi telah mencapai 400 centimeter atau masuk kondisi siaga 1 pukul 23.00 WIB, Senin (3/3).
Pukul 00.02 WIB, salah satu kamera CCTV di pos pantau Cileungsi beserta lampunya hanyut terbawa arus deras Sungai Cileungsi. Insiden ini menandakan bahwa TMA Sungai Cileungsi telah melampaui 500 cm dari ambang batas 100 cm, kondisi yang serupa dengan peristiwa banjir besar yang meluluhlantakkan bantaran pada 1 Januari 2020.
Kenaikan TMA Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi telah menyebabkan banjir yang meluas serta melumpuhkan sejumlah wilayah di Kabupaten dan Kota Bekasi. Pusat perniagaan hingga akses Jalan Utama Ahmad Yani, Bekasi Selatan - yang menjadi nadi ekonomi dan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi dilaporkan lumpuh setelah turut direndam banjir.
"Dari 12 kecamatan, yang terdampak di Kota Bekasi itu delapan kecamatan. Dan hari ini, Kota Bekasi lumpuh, sampai di jalan utama, termasuk kantor pemerintahan, itu sudah mulai masuk air, karena kemudian juga limpasannya sungguh luar biasa," kata Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dalam pernyataannya di Bekasi, Selasa (5/3) seperti dikutip dari Antara.