Lapor ke KPPU, Politisi Gerindra Sebut Semen Tiongkok Mainkan Harga
Politisi Partai Gerindra, Andre Rosiade, bersama Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (ISI) mendatangi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menyerahkan bukti dugaan jual rugi atau predatory pricing semen asal Tiongkok.
Andre menyerahkan bukti harga penjualan semen Conch asal Tiongkok yang jauh di bawah harga pokok produksi dan struktur harga produksi.
"Harga modal per zak (kantong) semen (50 Kg) Rp 53.000, namun semen Tiongkok menjualnya pada harga Rp 45.000. Data yang kami gunakan adalah data riil pasar," kata Andre di Kantor KPPU, Jakarta, Senin (9/9).
(Baca: Semen Murah Tiongkok Disebut Bikin Pabrik Lokal Berpotensi Bangkrut)
Andre mengatakan, hal yang terpenting dalam membuktikan pelanggaran pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 1999 terkait jual rugi atau predatory pricing adalah dengan menyelidiki struktur biaya perusahaan.
Dia menyatakan industri semen termasuk yang kompetitif, sehingga harga bahan baku antarpabrik relatif sama. Karena itu dia menganggap aneh bila harga jual semen Tiongkok lebih rendah dari harga pokok produksi.
"Untuk itu kami sangat yakin bahwa dapat diduga terjadi praktik jual rugi yang dilakukan oleh semen Tiongkok ini," kata Andre.
Anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024 ini menjelaskan, praktik jual rugi oleh produsen semen Tiongkok ini awalnya seolah-olah menguntungkan konsumen karena mendapatkan harga murah.
Namun, lanjut dia, dapat diperhatikan jangka panjangnya yang memberikan dampak yang besar bagi produksi pabrik semen asal Indonesia.
(Baca: Semen Asal Indonesia Diuntungkan, Bebas Bea Masuk ke Filipina)
Dia mencontohkan kasus bangkrutnya Semen Tarjun Indocement di Kalimantan Selatan karena kalah bersaing dengan semen Tiongkok.
Semen Tarjun Indocement menjual semennya dengan harga Rp 53.000 per zak. Sedangkan harga semen Tiongkok saat itu di Kalimantan dijual dengan harga Rp 50.000 per zak.
Namun, begitu pabrik Tarjun di Kalimantan Selatan tutup, harga semen Tiongkok melonjak menjadi Rp 65.000 per zak.
"Inilah yang kami takutkan bila nanti semen lokal mati, mereka bisa menaikkan harga seenaknya. Kedaulatan kita terancam. Presiden Jokowi harus perhatikan ini," katanya.
Sebelumnya Andre menyebut praktik curang produsen semen Tiongkok telah membuat Holcim tumbang dan memutuskan keluar dari Indonesia. Holcim akhirnya diambil alih oleh PT Semen Indonesia Tbk.
Namun, menurut dia, hal serupa tak bisa lagi dilakukan Semen Indonesia jika terdapat pabrik semen lokal lainnya yang kembali bangkrut. Pasalnya, BUMN semen itu memiliki keterbatasan finansial.
"Karena itu, presiden Jokowi harus melakukan hal konkret. Pertama, memerintahkan Mendag Enggartiasto Lukita untuk mencabut Permendag Nomor 7 Tahun 2018 soal izin impor klingker dan semen," tegas dia.
Saat ini, menurut Andre, produksi semen di dalam negeri mencapai 110 juta ton, sedangkan konsumsi hanya mencapai 75 juta ton. Dengan demikian, terdapat surplus produksi semen mencapai 35 juta ton sehingga Indonesia sebenarnya tak perlu mengimpor.
Selain itu, menurut dia, Jokowi perlu mengeluarkan moratorium pembangunan pabrik semen. Ia bahkan menilai Indonesia tak perlu membangun pabrik baru hingga 2030.
(Baca juga: Penjualan Industri Semen April 2019 Turun 6,69%)