PT Stania, Pabrik Hilirisasi Timah Milik Hashim yang 100% Pakai Energi Hijau


Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu meresmikan pabrik solder milik PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) pada Kamis (10/7). Pabrik milik adik Presiden Prabowo, Hashim S Djojohadikusumo ini berlokasi di kawasan Tunas Industrial Estate Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
“Pabrik ini bukan hanya realisasi investasi, tapi juga bentuk komitmen terhadap hilirisasi. Kita tidak hanya bicara soal volume investasi, tapi nilai tambah. Dari 28 komoditas yang kami dorong untuk hilirisasi, timah adalah salah satu yang strategis,” kata Todotua dikutip dari Antara, Jumat (11/7).
Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad bersama Wakil Gubernur Nyanyang Haris Pratamura mengatakan pabrik yang bergerak di sektor hilirisasi timah ini menjadi penanda penting arah industrialisasi Kepri yang semakin progresif dan strategis.
“Tentunya hadirnya PT Solder Tin Andalan Indonesia ini merupakan angin segar dan bagian dari misi menjadikan Kepri sebagai provinsi berpendapatan tinggi,” ujar Ansar dalam siaran pers.
Kementerian Perdagangan menulis, PT Stania diharapkan dapat memproduksi dengan kapasitas awal 2.000 ton per tahun dan proyeksi omzet Rp1,2 triliun.
Profil Pabrik
Pabrik ini dikelola oleh Stania, anak usaha dari Arsari Tambang. Peletakan batu pertama pembangunan pabrik ini berlangsung pada 10 Maret 2024. Pabrik tersebut dibangun di atas lahan seluas 6.500 meter persegi.
Dalam jangka panjang, kapasitas produksi ditargetkan meningkat hingga 16.000 ton per tahun mencakup solder wire, powder, dan paste, dengan proyeksi pendapatan mencapai Rp 1 triliun.
Komisaris Utama Arsari Tambang Hashim S Djojohadikusumo menyebut saat ini satu lini produksi mampu menyerap 80 tenaga kerja.
"Ini baru satu lini untuk solder dengan timbal dan non timbal. Kalau kebutuhan meningkat, akan kita kembangkan sampai empat lini," ujarnya.
Seluruh operasional menggunakan energi baru terbarukan (EBT) milik PLN yang disertifikasi Renewable Energy Certificate (REC), menjadikannya sebagai fasilitas produksi bebas emisi. Desain bangunan memaksimalkan pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi listrik.
“Melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dan kolaborasi strategis, kami ingin membuktikan bahwa industri pertambangan juga bisa menjadi pelopor keberlanjutan,” kata Direktur Utama Arsari Tambang Aryo Djojohadikusumo.
Dari sisi rantai pasok, STANIA telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan PT Freeport Indonesia untuk pengadaan timbal dan perak, dua bahan strategis dalam produksi solder berkualitas tinggi.
Selain itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan Volex, perusahaan global penyedia solusi konektivitas, untuk ekspor produk solder ke pasar internasional.
Dikutip dari laman Pemprov Kepri, disebutkan pada Mei 2024 bahwa investasi PT Solder Tin Andalan Indonesia mencapai Rp 400 miliar. Sebanyak Rp 100 miliar untuk fisik bangunan dan Rp 300 miliar modal kerja. Perusahaan mempekerjakan 80 karyawan tetap dan 200 tenaga kontrak.
Produk PT Solder Tin Andalan Indonesia berbahan baku timah akan diolah untuk komponen elektronik dan ditujukan untuk ekspor ke Amerika, India, Cina, Taiwan, dan Eropa.
Komisaris Utama PT Arsari Group Hashim Djojohadikusumo pada Mei 2024 menyebut target pasar yang diincar dengan perluasan usaha tersebut, di antaranya pabrik elektronik dari Cina, yang saat ini mulai menargetkan perpindahan pabrik ke kawasan Asia Tenggara.
"Kita tahu banyak pabrik elektronik asal China yang memindahkan perusahaannya ke Asia Tenggara. Untuk perakitan elektronik jenis apapun, perusahaan-perusahaan ini membutuhkan solder timah yang saat ini kita akan produksi masif di Batam. Kita juga mengetahui bahwa Malaysia dan India, saat ini memegang predikat produsen solder timah terbesar di Asia," kata Hashim dikutip dari Antara.