Kadin: Indonesia Masih Gunakan Batu Bara karena Sumber Daya Melimpah


Batu bara masih menjadi sebagai salah satu sumber energi pembangkit listrik di Indonesia. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Aryo Djojohadikusumo, mengatakan mineral hitam ini masih digunakan karena jumlah cadangannya melimpah di Indonesia.
Indonesia telah memiliki target net zero emission pada 2060. Adapun batu bara merupakan salah satu sumber energi fosil yang tidak ramah lingkungan karena menghasilkan emisi karbon.
“Saya pikir Indonesia belum akan melakukan phase out saat kita memiliki sumber batu bara yang melimpah. Namun kita bisa mengubah batu bara menjadi biomassa seperti yang dilakukan Jepang dan Korea,” kata Aryo dalam acara Energi Insights Forum, Unpacking Indonesia’s New RUPTL: Policy and Market Implication, Rabu (9/7).
Selain faktor cadangan yang melimpah, pemerintah memutuskan untuk tetap menggunakan batu bara untuk menjaga ketahanan energi. Dia menyebut swasembada dan ketahanan energi merupakan salah satu asta cita yang ingin dicapai oleh Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya di tengah situasi geopolitik global yang bergejolak, seperti konflik Iran, Gaza, hingga Ukraina yang belum selesai, maka perlu memastikan terjaganya ketahanan energi.
“Saya pikir penting bagi Indonesia memastikan bahwa untuk ketahanan energi, kita tidak boleh mengabaikan batu bara,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi Eka satria juga mengatakan kondisi saat ini memang membutuhkan pasokan energi yang aman dan terjangkau. Indonesia saat ini memiliki cadangan batu bara dan gas yang besar.
“Keunggulan sumber daya tersebut memiliki tingkat dasar beban yang stabil. Tidak bisa menyangkal bahwa kita masih membutuhkannya,” kata Eka dalam kesempatan yang sama.
Kendati demikian, dia menyebut Indonesia juga perlu menciptakan keseimbangan antara penggunaan energi fosil dan energi baru terbarukan, sebelum akhirnya akan mencapai net zero emission.
Batu bara dalam RUPTL
Vice President System Planning PLN, Hendrawan, mengatakan dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2025-2034 masih ada pembangkit listrik yang berasal dari batu bara.
PT PLN (Persero) masih akan membangun 6,3 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara hingga 2034. Pembangunan ini ada di dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2025-2034.
Meski begitu dia menyebut, dalam RUPTL juga terdapat program phase down, untuk mengurangi porsi batu bara pada pembangkit listrik di Indonesia.
“Jadi kami tidak langsung memutus penggunaan, tapi akan menguranginya. Dari situ proses transisinya melalui pembangunan PLTGU gas, PLTP, PLTA, dan terutama adalah pembangkit tenaga surya,” kata dia.
PT PLN (Persero) masih akan membangun 6,3 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara hingga 2034. Pembangunan ini ada di dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034.
Masih ada PLTU
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan alasan masih ada rencana pembangunan PLTU berkaitan dengan pergeseran konsensus global terkait net zero emission saat ini. Dia menyebut salah satu negara yang menginisiasi Paris Agreement yakni Amerika Serikat (AS) justru keluar dari kesepakatan tersebut.
"Kami kan awalnya mengikuti mereka, sekarang mereka tidak mau menjalankan itu dengan baik. Boleh dong saya sebagai menteri ESDM bertanya ada apa dibalik ini?” kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (26/5).
Selain hengkangnya AS dari Paris Agreement, Bahlil menyampaikan masuknya PLTU dalam RUPTL berkaitan dengan masih adanya kontrak jual beli batu bara antara Indonesia dengan negara Eropa. Dia menyebut, sebagian negara yang mendorong energi baru terbarukan (EBT) justru masih meminta kontrak pembelian batu bara dari Indonesia.
“Kalau memang dia masih pakai batu bara, kenapa memaksa kita untuk tidak lagi memakainya,” ujar Bahlil.
Tidak hanya itu, Bahlil menyampaikan PLTU masih dibangun hingga 2034 juga berkaitan dengan keberadaannya sebagai sumber energi intermiten. Batu bara digunakan sebagai sumber energi ketika malam hari, saat kinerja EBT tidak maksimal.
“Batu bara itu untuk memancing, makanya terjadi penggabungan dengan baterai sebagai sumber energi. Jadi ini dipakai untuk pancingan dan tidak terlalu banyak,” ucapnya.