Profil Proyek Dragon, Ekosistem Industri Baterai Listrik yang Dilirik Danantara


Daya Anagata Nusantara atau Danantara tertarik untuk berinvestasi dalam ekosistem industri baterai kendaraan listrik atau EV, yakni Proyek Dragon. Untuk diketahui, proyek tersebut kini melibatkan tiga perusahaan, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Industri Baterai Indonesia atau IBC, dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd atau CBL.
CIO Danantara, Pandu Patria Sjahrir, mengatakan pihaknya sedang mengevaluasi semua bisnis yang dilakukan perusahaan pelat merah. Namun pihaknya belum membahas skema suntikan dana segar secara rinci ke Proyek Dragon sampai saat ini.
"Proyek Dragon ini bagus karena banyak nilai tambah dan penciptaan lapangan kerjanya. Tentu kami akan mengevaluasi dan melihat semua proyek secara komersial," kata Pandu di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).
Apa Itu Proyek Dragon?
Proyek Dragon dimulai dengan kegiatan pra studi kelayakan pada April 2022. Adapun kerangka perjanjian antar investor disetujui pada 14 April 2022.
Setidaknya ada lima investor yang terlibat dalam Proyek Dragon, yakni ANTM, IBC, Contemporary Amperex Technology Co (CATL), Guangdong Brunp Recycling Technology Co, dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd. Adapun, Brunp merupakan anak usaha CATL, sedangkan ANTM memiliki saham sebesar 26,7% pada IBC.
Seluruh investor tersebut melakukan studi kelayakan secara bersama-sama pada November 2023. Sementara perjanjian untuk mengoperasikan perusahaan Proyek Dragon diresmikan pada Oktober 2024.
Proyek Dragon memiliki enam kegiatan usaha, yakni pertambangan, produksi feronikel, produksi nikel berbentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), produksi katoda, produksi EV battery cell and pack, dan daur ulang baterai EV.
Presiden Prabowo Subianto telah meresmikan peletakan batu pertama untuk seluruh proyek tersebut di Karawang, Jawa Barat kemarin, Minggu (29/6). Secara total, dana segar yang tertanam dalam Proyek Dragon mencapai US$ 6 miliar atau hampir Rp 100 triliun.
Berikut rincian enam kegiatan usaha Proyek Dragon:
1. Pabrik sel baterai
Pabrik ini berlokasi di Karawang dengan nilai investasi US$ 1,18 miliar atau sekitar Rp 19,15 triliun. Pabrik tersebut dirancang untuk memproduksi 15 gigawatthour baterai EV per tahun.
2. Tambang nikel
Tambang nikel akan dioperasikan PT Sumber Daya Arindo dan dirancang memproduksi 13,8 juta bijih nikel. Antam berkontribusi 51% dalam usaha patungan dengan CBL tersebut.
3. Produksi feronikel
PT Feni Haltim yang mayoritas dimiliki Antam akan menyerap sekitar 7,8 juta ton bijih nikel atau 70% bahan baku dari tambang Proyek Dragon. Pabrik tersebut didesain memproduksi 88.000 ton nikel dan dijual ke luar ekosistem proyek tersebut.
4. Produksi nikel MHP
Sementara itu, perusahaan patungan selanjutnya dirancang untuk memproduksi 55.000 nikel per tahun melalui proses HPAL sebagai bahan baku produksi katoda. Adapun 50% atau sekitar 6 juta ton bijih nikel akan dipasok dari tambang nikel Proyek Dragon.
Secara rinci, pabrik HPAL Proyek Dragon akan menjual mayoritas hasil produksinya atau 43.000 ton nikel per tahun ke luar ekosistem. ANTM dirancang memiliki saham sebesar 30% pada fasilitas produksi tersebut.
5. Produksi katoda
Pabrik katoda Proyek Dragon dirancang memproduksi 30.000 ton pada tahun depan dengan kepemilikan mayoritas oleh CBL. IBC dicanangkan memiliki saham sebesar 30% dalam pabrik dengan total investasi US$ 701 miliar tersebut.
Adapun pabrik HPAL Proyek Dragon didesain untuk memasok 40% dari bahan baku produksi katoda atau sekitar 12.000 ton nikel per tahun. Sebanyak 22.500 ton katoda akan diolah menjadi battery cell and pack, sedangkan 7.500 ton dijual diluar ekosistem.
6. Daur ulang baterai EV
Usaha patungan terakhir akan melakukan daur ulang baterai EV. Pabrik tersebut didesain menyerap 18.000 ton baterai EV bekas per tahun dan memproduksi 4.200 ton nikel berbentuk cairan NMC atau Nickel Manganese Cobalt.