Target Besar Prabowo: RI Butuh 100 GW Baterai Listrik untuk Swasembada Energi

Mela Syaharani
29 Juni 2025, 17:26
Prabowo
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan sambutan saat peresmian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur dan Bali International Hospital (BIH) di KEK Kesehatan Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (25/6/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk mendorong kemandirian energi nasional melalui pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi berkapasitas besar. Menurutnya, Indonesia memerlukan kapasitas hingga 100 gigawatt (GW) untuk mewujudkan asta cita swasembada energi.

"Tadi laporannya menghasilkan 15 gigawatt. Tapi para pakar melaporkan ke saya, untuk benar-benar mandiri kita perlu mungkin 100 GW. Itu artinya proyek ini harus dilipatgandakan," ujar Prabowo dalam peresmian proyek ekosistem industri baterai EV di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).

Prabowo menyebut, peresmian ini menjadi bukti keseriusan pemerintah dan para mitra strategis untuk membangun industri baterai yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ia menyebut proyek ini sebagai langkah besar menuju swasembada energi nasional.

Melalui proyek ini, Indonesia akan memproduksi baterai yang berbasis energi terbarukan dan ramah lingkungan, yang sejalan dengan cita-cita global untuk membangun industri hijau.

Prabowo optimistis Indonesia mampu mencapai swasembada energi dalam waktu yang tak lama lagi. "Lima tahun, paling lambat enam tahun, kita bisa swasembada energi. Salah satu jalannya adalah listrik dari tenaga surya, dan kuncinya adalah baterai," ujar Prabowo.

Produksi Baterai Capai 15 GWh pada 2028

Proyek industri baterai EV terintegrasi di Karawang ditargetkan memproduksi 5,9 gigawatt hour (GWh) baterai per tahun pada 2026. Saat beroperasi penuh pada 2028, kapasitas produksi akan meningkat menjadi 15 GWh per tahun.

Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total nilai investasi mencapai US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 96 triliun.

Ekosistem ini dikembangkan oleh kolaborasi antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium internasional yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), Brunp, dan Lygend (CBL).

Rantai Industri Terintegrasi Hulu ke Hilir

Total terdapat enam proyek dalam ekosistem ini, lima di antaranya berlokasi di Kawasan FHT, Halmahera Timur, Maluku Utara, dengan investasi mencapai US$ 4,7 miliar, dan satu proyek di Karawang senilai US$ 1,2 miliar.

Proyek ini mencakup area seluas 3.023 hektare dan diperkirakan dapat menyerap hingga 8.000 tenaga kerja langsung, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, ekosistem ini juga akan terintegrasi dengan pembangunan 18 proyek infrastruktur pendukung.

Dari sisi energi, kawasan FHT akan mengandalkan kombinasi sumber listrik seperti PLTU 2×150 MW, PLTG 80 MW, waste heat 30 MW, dan pembangkit tenaga surya 172 MWp, yang mendukung efisiensi dan keberlanjutan industri. Sedangkan, pabrik di Karawang akan memanfaatkan pembangkit tenaga surya 24 MWp.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...