Bahlil Kirim Tim ke Afrika dan AS, Tinjau Rencana Kilang 1 Juta Barel per Hari

Mela Syaharani
24 Juni 2025, 16:10
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri) bersama Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi (kedua kanan), Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kiri), dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kanan) menyampaika
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri) bersama Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi (kedua kanan), Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kiri), dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kanan) menyampaikan keterangan terkait izin tambang nikel Kepulauan Raja Ampat di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025). Pemerintah mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, antara lain milik PT Anugerah Surya Pr
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan dirinya telah mengirim tim ke Angola, Afrika Selatan dan Amerika Serikat terkait pengembangan kilang minyak berkapasitas total satu juta barel per hari (bph). 

“Untuk mengecek kilang portabel yang sudah dijalankan (di Afrika dan Amerika) seperti apa. Jadi sebelum kami jalankan pembangunan, kita lihat cara operasinya apakah sudah sesuai dengan ekspektasi atau belum,” kata Bahlil dalam konferensi pers Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 (JGF 2025), Selasa (24/6).

Bahlil menyampaikan tim tersebut akan berangkat pada Jumat pekan ini. Tim tersebut dipimpin oleh salah satu direktur di sektor migas, termasuk SKK Migas bersama Pertamina.

Ketua Umum Partai Golkar itu sebelumnya mengatakan bahwa pembangunan kilang minyak baru ini akan lebih efisien jika dilakukan dengan konsep pembangunan di beberapa lokasi. Awalnya, pemerintah merencanakan pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu bph. Namun, dalam perkembangannya, rencana ini berubah menjadi pembangunan kilang dengan kapasitas total satu juta bph.

Bahlil mengungkapkan pemerintah memiliki dua skenario untuk kilang berkapasitas 500 ribu bph. Jika dibangun di satu lokasi, investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 12,5–13 miliar atau setara Rp 206–215 triliun. 

“Tapi sekarang ada konsep per lokasi kapasitas 60 ribu barel itu jauh lebih murah. Harganya sekitar US$600–700 juta, jadi kalau ditotalkan menjadi 500 ribu barel, investasinya tidak lebih dari US$6 miliar,” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Kamis (27/3).

Perhitungan tersebut mengacu pada feasibility study (FS) yang saat ini tengah dirampungkan pemerintah dan telah memasuki tahap final. Bahlil menjelaskan bahwa konsep kilang multi-lokasi ini mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga aspek logistik menjadi salah satu pertimbangan utama. Nantinya, kilang-kilang tersebut akan tersebar di beberapa titik.

Meski begitu, pemerintah belum memutuskan apakah akan membangun kilang terpusat atau tersebar. “Kami sedang menghitung apakah memang lebih ekonomis dan tepat di suatu tempat, atau kami akan buat per spot-spot,” ujarnya. 

Selain itu, pemerintah juga akan segera berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) terkait implementasi pembangunan kilang ini. “Pertamina akan dilibatkan karena pembangunan kilang memiliki keterkaitan erat dengan mereka,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...