Harga Minyak Turun Hari ini, Tapi Risiko Perang Iran-Israel Bisa Dorong Kenaikan

Mela Syaharani
20 Juni 2025, 10:22
minyak
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini bahkan bisa mencapai 50 persen dari level 2021, dimana harga minyak dunia saat ini sudah mencapai sekitar 120 dolar Amerika per barel yang disebabkan konflik di Rusia dan Ukraina.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Jumat (20/6), namun berpotensi kembali menguat pekan depan seiring ketegangan yang terus membara antara Iran dan Israel.

Konflik yang memasuki pekan kedua ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan global.

Harga minyak Brent turun US$ 1,57 atau 2% ke level US$ 77,28 per barel pada pukul 00.30 GMT. Meski melemah harian, Brent mencatat kenaikan mingguan sebesar 3,9%.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juli naik 86 sen atau 1,1% menjadi US$ 76 per barel. Adapun WTI kontrak Agustus naik 50 sen atau 0,7% ke level US$ 74 per barel.

Lonjakan harga sebelumnya terjadi setelah serangan saling balas antara kedua negara. Israel menyerang target nuklir Iran, sementara Teheran merespons dengan meluncurkan rudal dan drone ke wilayah Israel, termasuk serangan terhadap sebuah rumah sakit pada malam hari.

"Harga minyak tetap tinggi karena tarif pengiriman tanker melonjak dua kali lipat dan banyak kapal kini menghindari Selat Hormuz. Risiko terhadap pasokan membuat investor tetap waspada, meskipun belum ada gangguan besar terhadap ekspor Iran," kata analis dari The Price Futures Group, Phil Flynn dikutip Reuters, Jumat (20/6).

Waspadai Jalur Distribusi Minyak Terganggu

Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar ketiga di antara negara-negara anggota OPEC, dengan output sekitar 3,3 juta barel per hari. Selat Hormuz, yang berada di sepanjang pantai selatan Iran, merupakan jalur vital perdagangan minyak dunia. Sekitar 18–21 juta barel minyak per hari mengalir melalui kawasan ini.

Ketegangan yang meningkat memicu kekhawatiran bahwa jalur distribusi tersebut dapat terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada pasokan global.
"Situasi masih sangat tidak pasti. Tidak ada indikasi kedua belah pihak akan mundur," kata analis IG, Tony Sycamore.

Ia juga menyoroti pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut Iran sebagai “tiran” yang akan “membayar harga penuh”, serta peringatan Iran agar negara ketiga tidak ikut campur.

Dari sisi geopolitik, Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan dalam dua minggu ke depan apakah AS akan terlibat langsung dalam konflik.

“Batas waktu dua minggu ini adalah taktik khas Trump dalam keputusan penting. Sering kali, tenggat seperti ini berlalu tanpa tindakan nyata, yang justru menjaga harga minyak tetap tinggi atau bahkan memicu reli lanjutan,” kata Sycamore.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...