Operasional PT Gag Nikel di Raja Ampat Sempat Disetop, Apa Dampaknya ke Antam?

Mela Syaharani
12 Juni 2025, 19:47
Gag nikel, antam, tambang nikel, raja ampat
Katadata/Mela Syaharani
PT Gag Nikel merupakan salah satu perusahaan yang menambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengatakan tidak ada dampak yang dirasakan korporasi meski operasional anak usahanya, PT Gag Nikel di Raja Ampat sempat dihentikan sementara. PT Gag Nikel menjadi satu-satunya tambang nikel yang tak dicabut izin operasinya oleh pemerintah.

“Tidak ada. Revenue Antam kan hampir 70% dari emas, jadi kontribusi bijih nikel itu memang masih kecil,” kata Direktur Utama PT Antam, Achmad Ardianto saat ditemui usai konferensi pers RUPST 2024, Kamis (12/6).

PT Gag Nikel merupakan salah satu perusahaan yang menambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya. Berdasarkan data PT Gag Nikel, rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) periode 2024-2026, produksi nikel perusahaan ditargetkan mencapai tiga juta wet metric ton (wmt) per tahunnya.

“Itu porsinya di bawah 10% (kontribusi keseluruhan bagi Antam). Selain itu, kami juga memiliki operasi nikel di daerah lain seperti di Maluku Utara, Kolaka,” ujarnya.

Terkait penghentian operasi, Achmad memastikan perusahaan akan mengikuti apapun arahan pemerintah. “Kami sebagai BUMN adalah perpanjangan tangan pemerintah, kami tidak ingin dan tidak pernah punya niat juga untuk melakukan suatu operasional yang tentunya bertentangan dengan kaidah-kaidah pertambangan yang baik," kata dia.

Achmad juga memastikan PT Gag Nikel masih berhenti beroperasi. Perusahaan tidak ingin gegabah memulai operasi tambang. Menurutnya, kepentingan masyarakat dan negara adalah yang paling utama.

“Walaupun pemerintah sudah mengatakan bahwa tidak ada hal-hal yang fatal yang dilakukan oleh PT GAG, hanya ada hal-hal minor yang perlu diperbaiki, nah itu kami perbaiki. Setelah itu nanti pemerintah tinggal memberikan arahan bagaimana kami melakukan operasional dengan cara yang baik di sana,” katanya.

Senada dengan Achmad, PT Gag Nikel juga mengatakan hingga saat ini belum beroperasi meskipun tidak termasuk dalam daftar perusahaan yang dicabut izin tambangnya oleh pemerintah. 

“Kami masih belum beroperasi, Gag Nikel menghormati dan patuh atas putusan pemerintah melalui kementerian terkait,” kata Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Sumber Daya Manusia PT Gag Nikel, Aji Priyo Anggoro kepada Katadata, Selasa (10/6). 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya juga menyampaikan bahwa operasional PT Gag Nikel masih dihentikan untuk sementara, meskipun pemerintah tidak menghentikan kontrak karyanya.

“PT GAG Nikel saat ini memang masih dihentikan sementara operasionalnya,”  ujar Dadan dikutip dari Antara, Rabu (11/6). 

Pemberhentian operasional tersebut, kata Dadan, akan terus berlanjut hingga investigasi terkait aspek lingkungan atas kegiatan pertambangan PT GAG Nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya, selesai dilaksanakan.

“(Pemberhentiannya) sampai investigasi aspek lingkungan selesai,” kata dia.

Kontribusi PT Gag Nikel ke Bisnis Antam

Antam tercatat memproduksi 9,9 juta wmt bijih nikel dengan nilai penjualan mencapai Rp 5,4 triliun pada tahun lalu. Dengan demikian, produksi Gag Nikel yang mencapai 3 juta wmt mencakup 30% dari produksi biji nikel Antam dengan nilai penjualan mencapai sekitar Rp 1,6 triliun. 

Adapun Nikel mulai memiliki kontribusi yang signifikan pada bisnis Antam. Pada tahun lalu, pendapatan Antam dari bijih nikel mencapai Rp 9,6 triliun atau 14% dari total penjualan Rp 68,19 triliun.

Pada kuartal I 2025, total penjualan bijih nikel dan feronikel mencapai Rp 3,8 triliun. Porsinya dari total penjualan Antam Rp 26,15 triliun meningkat menjadi 14,5%.

Penjualan emas masih mendominasi dengan nilai mencapai Rp 57,6 triliun pada sepanjang tahun lalu dan Rp 21,6 triliun pada kuartal I 2025. Selain emas dan nikel, Antam juga memproduksi bauksit, tetapi kontribusinya masih sangat minim.

Adapun pada kuartal I 2025, laba Antam lebih dari 10 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 3,63 triliun. Namun, kinerja laba ini sebenarnya hanya naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan kuartal I 2023 yang mencapai Rp 1,66 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo ini didukung oleh:

Logo Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...