PLN Ramal Permintaan Listrik Naik 67% pada 2034 Imbas Industri hingga Pusat Data

Mela Syaharani
2 Juni 2025, 15:53
Pekerja merakit kendaraan listrik jenis bus di pabrik PT VKTR Sakti Industries Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). Pabrik tersebut memproduksi kendaraan listrik komersial berbasis Completely Knocked Down (CKD) pertama di Indonesia yang dir
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Pekerja merakit kendaraan listrik jenis bus di pabrik PT VKTR Sakti Industries Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). Pabrik tersebut memproduksi kendaraan listrik komersial berbasis Completely Knocked Down (CKD) pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk merakit bus dan truk listrik sebagai tulang punggung ekosistem kendaraan listrik nasional dari hulu ke hilir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT PLN (Persero) mengatakan jumlah permintaan listrik pada 2034 naik menjadi 511 terawatt per hour (Twh). Pertumbuhan ini naik 67% dibandingkan permintaan 2024.

“Untuk 2034, permintaan naik menjadi 511 Twh, naik dari 306 Twh di tahun kemarin,” kata Darmawan dalam paparannya di acara Diseminasi RUKN dan RUPTL 2025-2034, Senin (2/6).

Dia menyebut perhitungan kenaikan permintaan 2034 ini sudah mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan naik 8% pada 2029.

Berdasarkan paparannya, potensi tambahan permintaan ini berasal dari pertumbuhan permintaan organik, kawasan ekonomi khusus (KEK) & pusat data, hilirisasi minerba, kendaraan listrik & kompor listrik, hilirisasi sawit, IKN, serta maritim & pariwisata.

Pada 2034, area yang memiliki permintaan listrik tertinggi ada di Pulau Jawa mencapai 322,7 Twh. Angka ini terdiri atas 28 Twh KEK dan pusat data, 293 Twh permintaan organik, serta 1,7 Twh kendaraan listrik dan kompor listrik.

“Di Jawa ini pertumbuhannya adalah pertumbuhan organik yang berbasis pada pertumbuhan rumah tangga,” ujarnya.

Berikut rincian demand listrik pada 2034 berdasarkan pulau-pulau besar:

Sumatra

Permintaan organik: 73 Twh

KEK dan pusat data: 17 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 0,2 Twh

Hilirisasi sawit: 4 Twh

Jawa

Permintaan organik: 293 Twh

KEK dan pusat data: 28 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 1,7 Twh

Kalimantan

Permintaan organik: 29 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 0,2 Twh

Hilirisasi minerba: 5,3 Twh

IKN: 1 Twh

Sulawesi

Permintaan organik: 25 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 0,1 Twh

Hilirisasi minerba: 17 Twh

Nusa Tenggara

Permintaan organik: 8 Twh

Maritim dan pariwisata: 0,2 Twh

Maluku

Permintaan organik: 3 Twh

Hilirisasi minerba: 1,3 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 0,1 Twh

Papua

Permintaan organik: 4 Twh

Kendaraan listrik dan kompor listrik: 0,06 Twh

Darmawan mengatakan, dia menemukan beberapa fakta ketika menghitung potensi pertumbuhan demand listrik pada 2034.

“Ada daerah-daerah yang kami prediksi pertumbuhan demandnya tinggi, malah realitanya rendah. Ada daerah-daerah yang kami prediksi pertumbuhan demandnya rendah, ternyata malah tinggi,” ucapnya.

Dia menyebut ada area yang pertumbuhan permintaannya sangat tinggi berasal dari permintaa organik yang stabil. Namun, ada juga pertumbuhan permintaan yang tinggi karena hilirisasi, baik berbasis minerba maupun kelapa sawit.

“Masing-masing sangat spesifik, jadi dalam RUPTL analisisnya berbasis geospasial,” kata Darmawan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...