PLN Masih Bangun 6,3 GW PLTU Batu Bara hingga 2034, Bahlil Singgung Kebijakan AS

Mela Syaharani
27 Mei 2025, 09:58
Sejumlah perahu nelayan bersandar di sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (2/12/2024). Presiden Prabowo Subianto menargetkan penghentian operasional PLTU dan mencapai 100 persen energi te
ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/tom.
Sejumlah perahu nelayan bersandar di sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (2/12/2024). Presiden Prabowo Subianto menargetkan penghentian operasional PLTU dan mencapai 100 persen energi terbarukan pada 2040 guna mempercepat transisi energi serta mencapai emisi nol karbon (net zero emission/NZE) sebelum 2050.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT PLN (Persero) masih akan membangun 6,3 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara hingga 2034. Pembangunan ini ada di dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan alasan masih ada rencana pembangunan PLTU berkaitan dengan pergeseran konsensus global terkait net zero emission saat ini. Dia menyebut salah satu negara yang menginisiasi Paris Agreement yakni Amerika Serikat (AS) justru keluar dari kesepakatan tersebut.

"Kami kan awalnya mengikuti mereka, sekarang mereka tidak mau menjalankan itu dengan baik. Boleh dong saya sebagai menteri ESDM bertanya ada apa dibalik ini?” kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (26/5).

Selain hengkangnya AS dari Paris Agreement, Bahlil menyampaikan masuknya PLTU dalam RUPTL berkaitan dengan masih adanya kontrak jual beli batu bara antara Indonesia dengan negara Eropa. Dia menyebut, sebagian negara yang menggemborkan energi baru terbarukan (EBT) justru masih meminta kontrak pembelian batu bara dari Indonesia.

“Kalau memang dia masih pakai batu bara, kenapa memaksa kita untuk tidak lagi memakainya,” ujar Bahlil.

Tidak hanya itu, Bahlil menyampaikan PLTU masih dibangun hingga 2034 juga berkaitan dengan keberadaannya sebagai sumber energi intermiten. Batu bara digunakan sebagai sumber energi ketika malam hari, saat kinerja EBT tidak maksimal.

“Batu bara itu untuk memancing, makanya terjadi penggabungan dengan baterai sebagai sumber energi. Jadi ini dipakai untuk pancingan dan tidak terlalu banyak,” ucapnya.

Kementerian ESDM telah menyelesaikan RUPTL untuk PT PLN (Persero) 2025-2034. Berdasarkan paparan ESDM, RUPTL terbaru menargetkan penambahan pembangkit listrik naik menjadi 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. 

Dari jumlah tersebut, 76% kapasitas pembangkit berasal dari EBT dan storage. Komposisi dalam RUPTL terbagi menjadi 42,6 GW untuk pembangkit EBT (61%) dan 10,3 GW untuk storage (15%), serta pembangkit fosil 16,6 GW (24%). 

ESDM merincikan lebih lanjut, porsi pembangkit EBT ini terdiri atas beberapa jenis sumber energi. Mulai dari sumber energi surya 17,1 GW, air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW. 

Porsi pembangkit storage 10,3 GW terdiri atas dua jenis sumber energi, yakni baterai 6 GW dan PLTA Pumped Storage 4,3 GW. Sementara untuk pembangkit bersumber energi fosil 16,6 GW juga terdiri atas dua jenis, yakni gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...