IBC dan Anak Usaha CATL Bangun Pabrik Peleburan Nikel Sebelum Agustus 2025


Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengatakan Proyek Dragon akan mulai membangun pabrik peleburan bijih nikel sebelum Agustus 2025. Pabrik tersebut didesain memproduksi 88.000 ton nikel per tahun dan menjadi bagian dari proyek paket hijau.
Proyek Dragon adalah usaha patungan antara PT Indonesia Battery Corporation dan anak usaha CATL (Contemporary Amperex Technology), Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. Pabrik peleburan bijih nikel tersebut akan mendapatkan bahan baku sekitar 7,8 juta ton dari proyek yang sama.
"Pabrik itu masih membahas struktur pemegang saham dalam usaha patungan tersebut, mudah-mudahan bisa selesai dalam waktu dekat. Namun ada kemungkinan pembangunan pabrik dimulai sebelum Agustus 2025," kata Faisol di kantornya, Jumat (23/5).
Untuk diketahui, Proyek Dragon berencana memiliki enam usaha patungan dari usaha pertambangan hingga daur ulang baterai EV. Faisol menyampaikan sejauh ini usaha patungan yang telah berjalan baru fasilitas penambangan berkapasitas produksi sekitar 13,8 juta ton per tahun.
Berdasarkan paparan IBC, pabrik peleburan bijih nikel yang akan mulai dibangun tahun ini tidak terintegrasi dengan ekosistem industri baterai EV. Adapun pabrik High Pressure Acid Leach atau HPAL akan terintegrasi dengan ekosistem baterai EV yang didesain menghasilkan 55.000 ton nikel.
Usaha patungan keempat Proyek Dragon akan menerima 12.000 ton hasil produksi pabrik HPAL dan 4.200 ton nikel dari usaha patungan keenam berbentuk fasilitas daur ulang baterai. Dengan demikian, usaha patungan keempat Proyek Dragon dicanangkan memproduksi 30.000 ton katoda, dengan rincian 22.500 akan diproses oleh usaha patungan kelima dan 7.500 ton dijual di pasar.
Dengan demikian, produk hilir Proyek Dragon adalah sel baterai EV dan paket baterai EV sejumlah 15 gigawatt hour. Selain pabrik peleburan nikel, IBC berencana konstruksi pabrik paket baterai EV dibangun pada kuartal terakhir tahun ini, sedangkan pabrik katoda mulai dibangun pada kuartal terakhir tahun ini.
Nilai investasi semua usaha patungan Proyek Dragon hingga US$ 6 miliar atau sekitar Rp 98,58 triliun. Faisol menyampaikan Daya Anagata Nusantara atau Danantara akan ikut memperkuat investasi tersebut setelah mendapat arahan dari Presiden Prabowo Subianto kemarin, Kamis (22/5).
Faisol menilai masuknya Danantara akan menjaga stabilitas investasi di ekosistem industri mobil listrik atau EV. Sebab, Faisol menemukan iklim investasi industri mobil listrik cukup dinamis setelah keluarnya LG Energy Solution dari Proyek Titan.
"Dinamika industri di sektor ini rupanya tidak mudah dinavigasi, Untuk memastikan itu semua, Danantara jadi faktor penting untuk memastikan investasi pada produksi bahan baku maupun baterai berjalan lancar," katanya.
Kepala Danantara, Rosan Roeslani, mengatakan keterlibatan Danantara ke dalam proyek baterai EV merupakan komitmen pemerintah untuk memperkuat posisi Indonesia di proyek tersebut. Keterlibatan Danantara juga diharapkan dapat menyelesaikan kendala pendanaan yang terjadi belakangan ini.
Menteri Investasi dan Hilirisasi itu juga menyampaikan keterlibatan Danantara di dua konsorsium baterai listrik Huayou dan CATL itu dimulai dari tambang hingga produksi baterai. “Jadi dengan ini the whole ecosystem dari mining sampai ke baterainya ini akan terjadi di dalam satu, kita bilangnya grand package,” ujar Rosan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan keterlibatan Danantara di proyek baterai EV pimpinan Huayou dan CATL merupakan langkah strategis untuk meningkatkan porsi kepemilikan saham Indonesia dalam dua proyek tersebut.
“Ada arahan Bapak Presiden kita akan memaksimalkan untuk di atas 40% bahkan sampai dengan 50%. Tapi itu semua dalam proses negosiasi. Tapi yang sudah firm, sekarang adalah di angka 51% di hulu,” ujar Bahlil.
Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo ini didukung oleh: