Harga Emas Antam Akhir Pekan Melonjak Rp 11.000 per Gram
Harga emas Antam, melonjak tajam pada perdagangan Sabtu (22/2). Mengutip situs Logam Mulia.com, harga emas naik Rp11.000 per gram di kisaran Rp804.000 per gram dibandingkan sehari sebelumnya tercatat di Rp793.000 per gram.
Kenaikan harga beli emas juga diikuti dengan harga jual atau pembelian kembali (buy back) sebesar Rp11.000 di angka Rp 725.000 per gram.
(Baca: Harga Emas Dunia Cetak Rekor, Logam Mulia Antam Naik Rp 5.000 per Gram)
Harga emas dunia pada perdagangan dunia kemarin melonjak lebih dari 1,5% atau ke level tertinggi dalam tujuh tahun seiring dengan banyak beralihnya investor ke emas sebagai salah satu aset aman (safe heaven).
Langkah itu dilakukan menyusul meningkatnya kekhawatiran akan kejatuhan ekonomi global akibat penyebaran virus corona berlangsung cepat ke sejumlah negara.
(Baca: Makin Bersinar, Harga Emas Antam Naik Rp 5.000 per Gram)
Dikutip dari Reuters, harga emas di pasar spot naik 1,75% menjadi US$ 1,646.89 per ons atau mencapai level tertinggi kedua sejak 13 Februari 2013, di kisaran US$ 1,648.75. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup naik 1,7% pada level US$ 1,648.80.
“Pasar sekali lagi cemas karena wabah koronavirus menyebar hingga ke luar Tiongkok. Ada sejumlah besar permintaan safe-haven karena perlambatan ekonomi di Negeri Panda, Jepang dan Jerman diperkirakan akan bertahan pada semester pertama tahun ini, ”kata Analis pasar senior di broker OANDA, Edward Moya.
“Harapan cukup tinggi bahwa bank sentral akan memberikan stimulus secara keseluruhan. Itu akan terus menopang harga emas," ujar dia melanjutkan.
Korea Selatan melaporkan 52 kasus baru, menjadikan total kasus infeksi corona di negara itu secara nasional naik menjadi 156 kasus. Sedangkan Jepang melaporkan kematian pertama dari sebuah kapal pesiar yang merupakan kumpulan infeksi terbesar di luar Tiongkok.
Hingga Sabtu (22/2) jumkah korban meninggal akibat virus corona meningkat menjadi 2.360 jiwa di seluruh dunia. Adapun 2.345 kasus kematian terjadi di Tiongkok dan 15 kasus kematian lain terjadi di luar kawasan tersebut.
Provinsi Hubei merupakan wilayah dengan jumlah kasus kematian terbanyak yakni 2.250 orang. Seperti dikatahui, provinsi tersebut memang yang paling dekat dengan pusat wabah dimana kasus tersebut pertama kali terdeteksi di kota Wuhan.
(Baca: Harga Emas Dunia Melonjak, Logam Mulia Antam Naik Rp 4.000 per Gram)
WHO menyerukan kepada sejumlah negara untuk melanjutkan langkah karantina sambil mempersiapkan transmisi komunitas. "Langkah-langkah mengkarantina di Wuhan dan di tempat lainnya, mampu menahan penyebaran virus dan dapat membantu pengendalian," katanya dilansir CNN International.
Dia menyebut, wabah itu masih bisa mengarah ke mana saja. Oleh karenanya, negara-negara perlu bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Direktur Departemen Manajemen Bahaya Infeksi WHO, Sylvie Briand mengatakan badan tersebut sedang bekerja untuk mempersiapkan para perawatan dan pekerja kesehatan negara dengan pelatihan. Dia juga memastikan mereka tahu bagaimana melindungi diri mereka sendiri, dan memastikan negara-negara memiliki cukup banyak pekerja untuk menangani angka kasus.