Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) adalah salah satu motor penting penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini termasuk dalam 10 besar dari sekitar 49 lapangan usaha penyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional.
Namun seiring era harga minyak rendah, nilai kontribusi sektor hulu migas ikut menurun. Kondisi ini diperburuk dengan usia sumur migas yang sudah menua sehingga kapasitas produksinya menurun. Alhasil, kontribusi hulu migas terhadap produk domestik bruto (PDB) dan porsinya terhadap penerimaan negara mengecil.
Di sejumlah daerah penghasil situasi ini tambah kelam. Pertumbuhan ekonomi di sana merosot sejalan berkurangnya kegiatan investasi hulu migas. Bahkan ada daerah penghasil yang pertumbuhannya negatif. Ini disebabkan kontribusi sektor hulu migas ada yang mencapai lebih dari 50 persen terhadap total PDB.
Salah satu indikator dampak berkurangnya kontribusi sektor hulu migas adalah penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) migas berkurang. Selain itu, minimnya kegiatan investasi menyebabkan efek berganda terhadap sektor jasa pendukung, seperti tingkat okupansi hotel mengalami penurunan.
Ini menunjukkan bahwa sektor hulu migas memiliki efek berganda terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data SKK Migas, setiap US$ 1 juta dana yang diinvestasikan di sektor ini menciptakan nilai tambah hingga US$ 1,6 juta dan penciptaan lapangan kerja mencapai 100 orang. Selain itu, efek penting dari kegiatan hulu migas terlihat dari pengadaan barang dan jasa dalam negeri dan nilai transaksi di perbankan nasional.