Jurus Jitu Menangkap Peluang di Era Ekonomi Digital

Peran pemerintah sangat penting dalam mendukung zaman baru ini dengan memberi peluang merata bagi setiap warga negara yang ingin berinovasi dan berkembang.
16 Agustus 2019
123rf
Ilustrasi digital

Perkembangan ekonomi digital Indonesia menjadi sorotan dunia sejak 2016 ketika Gojek mendapatkan pendanaan sehingga memiliki valuasi US$ 1 miliar. Dengan valuasi sebesar itu, perusahaan rintisan ini masuk kelompok unicorn.

Istilah unicorn diperkenalkan oleh Aileen Lee dari Cowboy Ventures pada 2013. Unicorn itu melambangkan binatang mistikal yang hampir tidak dapat ditemukan, sama seperti startup digital yang susah sekali menembus valuasi US$ 1 miliar.

Tetapi apakah ekonomi digital Indonesia yang sekarang terbesar di Asia Tenggara dengan empat unicorn -Gojek (2016), Tokopedia (2017), Traveloka (2017), dan Bukalapak (2018)- terjadi secara tiba-tiba? Tentu tidak.

Fondasi dari ekonomi digital Indonesia sudah diletakkan jauh sebelum masing-masing startup tersebut menjadi unicorn. Mari kita perhatikan yang terjadi pada 2009, itu adalah tahun kelahiran Bukalapak dan Tokopedia. Gojek mulai muncul di 2011 dan Traveloka setahun kemudian. Jadi batu pertama pembangunan ekonomi digital bisa disebut terjadi pada 2009, tepat 10 tahun lalu, di mana East Ventures juga lahir di tahun yang sama.

Kalau diumpamakan ombak, saat 2009 baru mulai terasa anginnya. Ombaknya baru benar-benar terlihat di 2016 - 2017 ketika beberapa startup menjadi unicorn.

(Baca: EV Growth Pimpin Investasi Rp 250 Miliar di Startup Logistik Waresix)

Bagaimana cara kita menangkap ombak atau peluang sebelum dia terlihat jelas? Karena ketika sudah terlihat jelas, pasti telah terlambat. Misalnya, yang ingin membangun marketplace di 2017 pasti sudah telat.

Belajar dari sejarah, selalu ada faktor yang mempengaruhi dan menggerakkan inovasi di setiap zaman. Akhir abad 18 sampai pertengahan 19 adalah masa revolusi industri pertama. Faktor penggerak saat itu yakni tenaga uap, tekstil, pengolahan besi, dan inovasi mesin. Negara-negara yang bisa membaca angin dan menangkap ombak (peluang) ini adalah mereka yang sekarang kita sebut sebagai negara maju. Kemampuan menangkap peluang ternyata bertahan dan mempengaruhi hajat hidup dan peradaban penduduknya sampai ratusan tahun.

Demikian pula di zaman ini. Munculnya faktor penggerak seperti internet, mobile phone, dan data menjadi angin baru yang akan menggerakkan ombak (peluang) besar. Negara-negara yang bisa membaca peluang tersebut meletakan fondasi sumber daya manusia yang kuat dan membangun lingkungan yang kondusif. Sehingga, inovasi berkembang dengan pesat dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan peradaban penduduknya sampai beberapa ratus tahun ke depan.

Peran pemerintah akan sangat penting dalam mendukung zaman baru ini. Pemerintah harus dapat memberikan peluang yang merata kepada setiap warga negaranya yang ingin berinovasi dan berkembang dengan hal-hal yang sangat mendasarkan. Misalnya terkait kemudahan memulai usaha, regulasi yang bersahabat dan jelas untuk dunia usaha, dan mendukung berkembangnya ekonomi kerakyatan berbasis teknologi.

Pelaku inovasi yang ingin menangkap peluang, harus berada di Indonesia dan membaca kearifan lokal, dan bersiap-siap.

Dukungan pemerintah juga perlu dalam pemerataan pendidikan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan hal-hal lain yang sudah sering dibahas disebutkan berulang kali oleh Presiden Joko Widodo. Ini sama sekali bukan sesuatu yang baru, yang dari sudut pandang digital pemerintah harus menjadi operating system dari digital ekonomi. Inovasi-inovasi baru adalah aplikasi yang berjalan di atas operating system yang namanya Pemerintah Indonesia.

Sama seperti pemain selancar yang ingin menangkap ombak, dia harus berada di laut, merasakan angin, dan bersiap diri. Pelaku inovasi yang ingin menangkap peluang (ombak), harus berada di Indonesia (laut) dan membaca kearifan lokal (angin), dan bersiap-siap. Sehingga pada waktu ombak muncul, mereka sudah berada di posisi yang tepat untuk berselancar.

Ketika inovasi revolusi industri pertama terjadi selama 80 tahun (1760-1840), Indonesia ketinggalan dan tidak berpartisipasi karena belum merdeka waktu itu. Kini kesempatan Indonesia untuk menangkap ombak peluang baru di ekonomi digital terbuka. Kita masih punya waktu beberapa puluh tahun.

Revolusi informasi di zaman ini sudah berjalan selama 10 tahun yang dibangun dengan fondasi baik dari awal. Di sini perlu campur tangan melalui dukungan pemerintah menjadi operating system yang kuat dan tidak suka hang dan error. Dilengkapi dengan sumber daya manusia Indonesia yang terbesar nomor empat sedunia, seharusnya memberikan kita potensi untuk menjadi kekuatan ekonomi nomor empat di dunia juga.

Akhir kata, ekonomi digital memberi kita peluang untuk membangun Indonesia menuju kejayaannya, sebuah era baru, zaman Indonesia Emas.

Dirgahayu Indonesia ke-74. Jayalah selalu.

Willson Cuaca

Pendiri dan Managing Partner East Ventures. Mendanai banyak startup di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa startup besar di Indonesia yang didanainya adalah Tokopedia, Traveloka, Ruangguru, Warung Pintar, Cohive, Sociolla, IDN Media, dan Fore.